Warung Tertinggi di Jawa Kini Sepi: Sosok Mbok Yem di Gunung Lawu Wafat
Dengan menu andalan seperti nasi pecel, mie kuah, dan teh hangat, warung kecil Mbok Yem di "atap Lawu" menjadi tempat persinggahan yang dirindukan banyak orang. Meski hanya sekali setahun turun gunung saat Lebaran, kesehariannya dijalani dengan ketabahan menghadapi kabut, suhu ekstrem, dan kesunyian pegunungan.
Sosok Inspiratif yang Melekat di Hati Pendaki
Kepergian Mbok Yem meninggalkan kesedihan mendalam, terutama bagi komunitas pendaki dan relawan di sekitar Gunung Lawu. “Beliau bukan hanya pemilik warung, tapi juga seperti ibu bagi kami semua. Sosok yang mengajarkan makna ketulusan dan ketabahan,” ungkap Rifan Feir Nandhi, relawan SAR Karanganyar Emergency.
Menurut Rifan, Mbok Yem kerap memberikan semangat kepada tim-tim penyelamat dan pendaki yang datang. Tak hanya menyediakan tempat beristirahat, ia juga membuka ruang untuk cerita, tawa, dan rasa kekeluargaan di tengah keheningan gunung.
Warisan Mbok Yem: Kehangatan di Tengah Dingin Puncak
Warung Mbok Yem dikenal banyak pendaki sebagai “resto tertinggi di Jawa” yang tidak hanya menyajikan makanan, tapi juga kenangan.
Ia menjadi saksi bisu dari ribuan langkah yang pernah menapaki Gunung Lawu. Kisahnya akan terus hidup dalam cerita-cerita para pendaki yang pernah singgah dan disambut dengan senyum tulusnya.
Kini, Gunung Lawu kehilangan penjaganya. Namun semangat dan ketulusan Mbok Yem akan terus hidup dalam hembusan angin puncak dan kabut yang mengelilingi jalur pendakian. ***
Editor : Ditya Arnanta