get app
inews
Aa Text
Read Next : Keren Banget, Anak SMAN 1 Karanganyar Kelas X-10 Belikan Sepeda untuk Teman yang Selalu Jalan Kaki

Shenshayba Bazaar Desa Satu Ginjal di Afganistan, Kok Bisa?

Rabu, 23 Maret 2022 | 06:30 WIB
header img

JAKARTA, iNews.id - Desa tersebut adalah Shenshayba Bazaar yang terletak di kota Herat, Afghanistan ini bisa dikatakan terekstrim didunia.

Pasalnya, mayoritas penduduknya sangat gemar menjual ginjal miliknya. Bukan tanpa alasan warga didesa itu nekat menjual ginjal miliknya dipasar gelap.

Kondisi perang yang berkecamuk di Afganistan membuat warganya kesulitan utuk mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Kalaupun punya uang,itupun mereka dapat dari berhutang.

Atas dasar itulah,masyarakat didesa ini rela hanya memiliki satu ginjal karena hasil penjualan ginjalnya kebanyakan untuk membayar hutang. Tak heran bila akhrnya desa yang viral di Medsos ini sangat dikenal sebagai Desa satu ginjal.   

Salah satunya dialami oleh Nooruddin. Melansir Straits Times, Senin (21/3/2022), Noorudin mengaku tak punya pilihan selain menjual ginjalnya.

Hal serupa juga dilakukan oleh penduduk Afghanistan lainnya, mereka rela mengorbankan organ demi menyelamatkan keluarga mereka.

"Saya harus melakukannya demi anak-anak saya. Aku tidak punya pilihan lain," kata Nooruddin kepada AFP.

Praktik ini telah meluas di kota barat Herat, sehingga dijuluki sebagai "one kidney village" atau desa satu ginjal. Para penduduk biasanya menjual salah satu ginjal mereka ke pasar gelap.

Dalam prosesnya, sang pendonor hanya perlu membuat persetujuan tertulis kepada dokter, tanpa adanya hukum yang mengatur.

"Tidak ada hukum untuk mengontrol bagaimana organ dapat disumbangkan atau dijual, tetapi persetujuan dari donor diperlukan. Kami menerima persetujuan tertulis dan rekaman video dari mereka, terutama dari donor," papar Profesor Mohammad Wakil Matin, mantan ahli bedah terkemuka di rumah sakit di kota utara Mazar-i-Sharif.

Profesor mengatakan, ada ratusan operasi pengangkatan ginjal yang telah dilakukan di Provinsi Herat dalam beberapa tahun terakhir.

Bukan tanpa alasan, saat ini Afghanistan telah jatuh ke dalam krisis keuangan setelah pengambilalihan Taliban enam bulan lalu. Situasi kemanusiaan pun semakin mengerikan setelah beberapa dekade perang.

Nooruddin yang berusia 32 tahun berhenti dari pekerjaan pabriknya saat gajinya dipotong menjadi sekitar 41 dolar AS atau Rp588.000, dengan harapan bisa menemukan sesuatu yang lebih baik ke depannya.

Namun, karena merasa putus asa, Nooruddin akhirnya menjual ginjalnya ke pasar gelap. Selain memberi makan keluarga, Noorudin mengaku menjual ginjalnya seharga 1.500 dolar AS atau setara dengan Rp21 juta, untuk membayar utang-utangnya.

Akibatnya, Noorudin tak bisa lagi bekerja secara normal karena merasa kesakitan. Kini, keluarga Noorudin hanya bergantung pada putra mereka yang berusia 12 tahun untuk mendapatkan uang.Putranya itu terpaksa bekerja dengan menyemir sepatu seharga 70 sen sehari.

"Saya menyesal sekarang. Saya tidak bisa lagi bekerja. Saya kesakitan dan saya tidak bisa mengangkat apa pun yang berat," kata Nooruddin.

Editor : Bramantyo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut