TANGSEL, iNewskaranganyar.id - Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie, menjamu pertemuan antara Warga Babakan, Kecamatan Setu, dan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) untuk menyelesaikan permasalahan yang viral belakangan ini.
Pertemuan ini, yang berlangsung di Rumah Dinas Wali Kota Tangsel, Serpong, pada Selasa (14/05/2024). Pertemuan itu pun menjadi bukti nyata bahwa Tangsel adalah kota yang aman dan nyaman bagi semua suku dan agama, Rabu 15 Mei 2024.
Menurut Benyamin, permasalahan yang terjadi hanyalah kesalahpahaman belaka antara kedua belah pihak. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir, termasuk Forkopimda, Persaudaraan Timur Raya (PETIR), Camat Setu, dan Lurah Babakan, serta menyatakan apresiasinya terhadap kehadiran mereka.
"Kami (Pemkot Tangsel-Red.) berterima kasih kepada semua yang sudah berkenan hadir di Rumah Dinas Wali Kota dan tentunya saya bersama Forkopimda mengapresiasi kehadiran semua di tempat ini. turut hadir juga dari Persaudaraan Timur Raya (PETIR), Camat Setu dan Lurah Babakan," ucap Benyamin Davnie.
Meski begitu, Benyamin menegaskan bahwa keadaan kondusif di Tangsel adalah hasil dari kerjasama semua pihak. Dia menegaskan komitmennya bahwa tidak boleh ada lagi tindakan yang mengganggu kerukunan di Tangsel.
Pertemuan ini juga menunjukkan semangat perdamaian dan toleransi dalam menyelesaikan masalah pasca peristiwa intoleransi yang belakangan ini menjadi sorotan publik.
Marat, Ketua RW 02 Poncol, Babakan, menyampaikan permohonan maaf atas kejadian sebelumnya, sambil menyatakan keyakinannya bahwa ada banyak pembelajaran yang bisa diambil agar wilayahnya menjadi lebih baik di masa depan.
"Saya sebagai ketua RW mewakili warga memohon maaf atas kejadian kemarin. Semoga bisa buat pembelajaran ke depan, sehingga tidak terjadi lagi hal seperti ini. Pasti ada hikmahnya ke depan," jelas Marat.
Bahkan, Kevin, perwakilan Mahasiswa Unpam Asal Nusa Tenggara Timur (NTT), juga meminta maaf atas kejadian tersebut, sambil berharap Tangsel bisa menjadi lebih cerdas, modern, dan religius.
Sementara Aloysius, tokoh masyarakat NTT, menekankan pentingnya menghargai satu sama lain sebagai sesama anak bangsa yang terikat oleh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dia mengajak untuk menjauhkan intoleransi dan perbedaan, sambil mengedepankan silaturahmi dalam penyelesaian masalah.
"Jauhkan intoleransi, jauhkan perbedaan sesama kita. Kita harus satu hati, satu jiwa, satu rasa. Kita harus berkomunikasi dengan baik, beda agama, beda ras. Tetapi kita adalah satu, Republik Indonesia," ucapnya.
Semi Manape, Perwakilan Persaudaraan Timur Raya (Petir), menyoroti bahwa kejadian ini harus diambil sebagai pembelajaran berharga.
Menurutnya, perdebatan tidak perlu diperpanjang karena pihak kepolisian telah bertindak sesuai prosedur. Setelah pertemuan ini, fokus kita haruslah pada persaudaraan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.
"Setelah dari sini, kita sudah tidak ada lagi lah pembahasan kejadian tersebut. Kita datang ke sini satu tujuan, hati dan pikiran yang sama, setelah dari sini, kita jadi saudara," pungkasnya.***
Editor : Ditya Arnanta