SOLO, iNewskaranganyar. id - Mantan Presiden RI ke 7 Joko Widodo menanggapi karya lukisan Yos Suprapto yang dicopot di Galeri Nasional Jakarta bertajuk “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan”.
Jokowi mengatakan meskipun dirinya belum melihat langsung lukisan karya Yos Suprapto yang dicopot di Galeri Nasional Jakarta itu, namun seharusnya hal itu tak perlu dilakukan.
Ia justru melihat karya lukisan Yos Suprapto itu sebagai ekspresi kreativitas seniman yang harus dihargai.
Menurutnya, selain bentuk kreativitas, lukisan itu, bisa juga merupakan ungkapan aspirasi politik dari seniman itu sendiri yang dituangkan dalam sebuah lukisan. Dan ungkapan itu pun, ungkap Jokowi, harus dihargai.
"Tadi saya baru dengar dari mas Arif (Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah-Ajudan Jokowi) kalau lukisan itu tak boleh ikut di pamerkan. Menurut saya, itu kreatif Seniman yang harus kita hargai. Dan juga bentuk sebuah apa ya aspirasi politik yang dituangkan kedalam sebuah lukisan, juga hari kita hargai,"papar Jokowi pada wartawan.
Ia mengatakan sebagai negara yang menjunjung demokrasi, seharusnya larangan itu tidak berlaku.
Sebagai negara yang menjunjung Demokrasi, kritika apapun, termasuk sebuah lukisan yang diduga wajah sang raja dalam lukisan itu mirip dirinya, tidak masalah.
"Kalau di pamerkan, ya kitakan pamerkan. Katanya negara demokrasi, saya kira tidak ada masalah," terangnya.
Menyangkut apakah lukisan karya Yos Suprapto itu diijinkan kembali untuk dipamerkan atau tidak, Jokowi tidak bisa menjawabnya. Pasalnya yang memiliki hak atau mengijinkan kembali untuk ikut dipamerkan itu pihak. Galeri lukisan atau instansi pemerintah.
"Dipamerkan lagi, saya rasa tidak masalah. Tapi kewenangan ijin untuk dipamerkan lagi atau tidak itukan ada di pihak Galeri atau Kementerian," terangnya.
Ia mengaku tidak merasa tersinggung dengan lukisan itu. Sekalipun sosok yang ada didalam lukisan karya Yos Suprapto, bergaya seorang raja tengah duduk di kursi, dan dibawahnya ada dua sosok yang seperti tengah menjilat kaki sang raja, biasa-biasa saja.
"Kalau melihat langsung lukisan, belum sama sekali. Tadi cuma ditunjukin mas Arif, biasa-biasa saja, " ungkapnya.
"Saya kira itu suatu bentuk kreativitas seniman, kalau ada kritikan seperti saya dengar itu juga suatu aspirasi politik juga yang harus kita hargai," jelasnya. ***
Editor : Ditya Arnanta