WONOGIRI, iNewskaranganyar.id - Sosok Kukuh Haryanto pengamen asal Wonogiri, Jawa Tengah ini mendadak menjadi viral.
Pasalnya meski pengamen namun pemuda yang memiliki ciri khas rambut rasta alias gimbal berani maju saat pencalegan di Pemilu. Hasilnya, Kukuh mampu meraup ribuan suara pemilih.
Kukuh maju dalam pencalonan Caleg untuk DPRD Wonogiri. Kukuh maju dari Dapil 1 yang meliputi Wonogiri Kota, Selogiri, Manyaran, WWuryantoro dan Eromoko. Tanpa ada rasa minder sedikitpun, Kukuh percaya diri bersaing dengan Caleg lainnya yang secara finansial jauh lebih kuat dibandingkan Kukuh.
Kukuh pun bercerita bagaimana awal mula dirinya maju sebagai Caleg partai Demokrat. Ia mengatakan, awalnya dirinya berniat menjadi saksi. Benaknya berubah saat membaca di WA blast.
Ternyata di sana juga ada pendaftaran bacaleg. Tiba-tiba saja ia membatalkan daftar saksi malah ambil formulir pendaftaran bakal caleg Partai Demokrat. Motifasinya mendaftar sebagai Caleg karena dirinya ingin
“Sebenarnya yang dikerjakan wakil rakyat itu apa? Saya sangat ingin tahu.Yang kita dengar memang mereka kerja dan ada hasilnya untuk pmbangunan daerah. Harusnya terbuka. Kita udah nyoblos loh, berhak tahu dong kerjaan wakil rakyatnya apaan, Jangan sampaikan yang formal-formal saja,”papar Kukuh saat ditemui wartawan, Minggu (25/2/2024),
Pria yang sehari-hari mengais rezeki dengan mengamen di kawasan wisata ini trending di TikTok lewat bermusik, akhirnya mendaftar sebagai Caleg.
Bertekad ingin membuka tabir itu, ia langsung daftar dan penuhi syarat-syaratnya. Lagipula di formulir tak mensyaratkan harus lulusan sarjana. Partai Demokrat Kabupaten Wonogiri juga tak mempersulit dirinya untuk bergabung.
Usai masuk DCT, ia mulai berkoordinasi dengan partai dan akhirnya dipasangkan tandem dengan caleg Demokrat DPRD Jawa Tengah Dapil VI nomor urut tiga, Wawan Haryono dan caleg DPR RI Dapil IV Jateng nomor urut 1 Rinto Subekti.
Dari situlah ia lebih mudah dikenal. Dari situ pula ia mampu memasang 20 unit baliho yang tersebar di dapilnya. Hanya saja beberapa dirusak.
“Gambar saya dirusak malah jadi inspirasi buat ngonten. Tiap hari selama masa kampanye terbuka, saya unggah minimal tiga konten. Ngamen di pasar, nyanyi di mana gitu. Istri saya yang videoin,” ujar pria kelahiran Pacitan, Jawa Tengah ini.
Sayangnya dengan keterbatasan sumber daya mandiri, ia tak mampu mengupah saksi TPS untuk dirinya selaku caleg. Ia mengandalkan saksi Partai Demokrat yang hanya 300-an orang dari 900-an TPS di dapil 1 Wonogiri Kota.
Modal kampanye dirinya pun pas-pasan. Hanya mengeluarkan Rp100 ribu saja buat beli pemancar wi-fi di rumah, supaya mudah menangkap sinyal internet ponsel pintar. Selebihnya, ia ngamen di TikTok.
Pendapatannya dari saweran penonton video cukup lumayan. Setidaknya mengkaver kebutuhan selama dua bulan tak mengais rezeki di jalan jelang pemilu.
“Harapannya tak ada kecurangan. Semua penyelenggaraan pemilu jujur dan adil,” katanya.
Jika nantinya lolos jadi anggota DPRD, ia memilih serap aspirasi dulu untuk melihat nyata kesulitan masyarakat. Ia membantu masyarakat tak akan memandang konstituen atau bukan.
“Di Wonogiri ini kesulitan pertanian belum bersolusi. Makanya, petani harus mapan dulu,” katanya.
Editor : Ditya Arnanta