SOLO, iNewskaranganyar.id - Aksi buruh yang dilakukan oleh berbagai organisasi federasi buruh dari berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan di Jakarta mendapat respon positif dari aktivis 98 di Solo.
Pasalnya, perjuangan para buruh yang mengajukan empat tuntutan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi itu dianggap sangat membantu masyarakat di kalangan buruh menengah ke bawah.
Seperti diketahui, para buruh melakukan aksi sejak Kamis siang 10 Agustus 2023 kemarin. Bahkan hingga Kamis malam, aksi buruh dilanjutkan dengan melakukan duduk bersama sembari menunggu Jokowi, di kawasan Patung Kuda Arjuna, Monas, Jakarta Pusat.
Informasi yang berhasil dihimpun, aksi buruh yang mengatasnamakan Aliansi Aksi Sejuta Buruh tersebut mengajukan empat tuntutan kepada Presiden Jokowi,Jumat 11 Agustus 2023.
Sekedar diketahui, tuntutan itu antara lain pencabutan UU Cipta Kerja (terutama klaster ketenagakerjaan),pencabutan UU Kesehatan, Pencabutan UU Pengembangan dan Penyaluran Sektor Keuangan,serta mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat.
Melihat perjuangan aksi buruh tersebut, salah satu aktivis 98 di Solo, Juanda mengaku sangat mendukung aksi yang dilakukan para buruh tersebut. Menurut pria yang akrab disapa Jojo itu berpendapat, aksi yang dilakukan para perwakilan buruh sangat mewakili para buruh di seluruh Indonesia.
"Saya sangat mendukung perjuangan kawan-kawan buruh yang melakukan aksi di Jakarta. Ya, tentunya aksi yang dilakukan kawan-kawan itu sangat mewakili para buruh yang tersebar di seluruh Indonesia," terang Juanda ketika berbincang dengan inewskaranganyar.id.
"Tuntutan pencabutan UU Cipta Kerja (terutama klaster ketenagakerjaan), pencabutan UU Kesehatan, Pencabutan UU Pengembangan dan Penyaluran Sektor Keuangan, serta mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat itu sangat membantu masyarakat kelas menengah ke bawah," ujar pria alumnus Fakultas Hukum UNS Solo tersebut.
Dengan demikian, Jojo pun menceritakan kala itu dia bersama rekan-rekannya pernah melakukan aksi menuntut pengurangan jam kerja menjadi maksimal 8 jam sehari. Tuntutan itu pun, kata Jojo, akhirnya direalisasi pemerintah.
Perjuangan, menurut Jojo, harus terus dilakukan tanpa patah semangat. Meski begitu, Jojo pun mengaku tengah melakukan advokasi-advokasi terhadap masyarakat ketika disinggung ketidakikutsertaannya melakukan aksi buruh di Jakarta.
"Ini pengalaman saya dan kawan-kawan, ketika itu memperjuangkan pengurangan jam kerja menjadi maksimal 8 jam sehari. Perjuangan kawan-kawan waktu itu pun akhirnya bisa direalisasikan oleh pemerintah," terang Jojo.
"Saya tidak ikut ke Jakarta, karena saya sedang melakukan advokasi-advokasi yang jadwalnya bersamaan. Saya sangat mendukung aksi yang dilakukan rekan-rekan di Jakarta, semoga perjuangan rekan-rekan didengar Presiden Jokowi dan segera direalisasikan," sambungnya.
Seperti informasi yang berhasil dihimpun, massa yang tergabung dalam Aliansi Aksi Sejuta Buruh berasal dari berbagai organisasi federasi buruh. Demo buruh tersebut juga diikuti oleh mahasiswa, petani, pegiat lingkungan, alumni STM, dan juga kalangan masyarakat lainnya.***
Editor : Ditya Arnanta