Pada tanggal 30 Mei, letusan besar terjadi sekitar 03:55 sore waktu setempat.
Petani yang bekerja di pulau itu dievakuasi. Abu dan asap cepat naik ke ketinggian 15-20 kilometer (≈ 10-16 mil) ke langit.
Pada keesokan harinya, awan abu telah menyeberangi pantai utara-barat dari Australia di wilayah Kimberley, dan maskapai penerbangan membatalkan penerbangan ke dan dari Darwin, Wilayah Utara.
Abu kemudian pergi sejauh Alice Springs di Wilayah Utara. Pada 31 Mei beberapa penerbangan dari Melbourne dan Adelaide menuju Bali juga dibatalkan.
Seperti halnya pulau-pulau vulkanis di sekitarnya, misalnya pulau Palue, kesuburan lahan pulau Sangeang menjadikannya tempat hunian manusia khususnya di sisi selatan.
Namun letusan tahun 1985 yang berlanjut hingga 1988 memaksa seluruh penduduk Sangeang dievakuasi secara permanen ke daratan pulau Sumbawa.
Sebab letusan besar tersebut menghamburkan lava, awan panas, hujan batu dan lahar yang mengalir ke sisi barat daya hingga mengubur lembah Sori Oi dan ke arah timur laut menimbuni lembah Sori Berano.
Semenjak saat itu pulau Sangeang boleh dikata tak berpenghuni. Namun penduduk masih rutin menyambanginya di siang hari, terutama yang masih memiliki lahan pertanian di sana.***
Editor : Ditya Arnanta