ByteDance yang merupakan perusahaan Induk Aplikasi TikTok telah menjadi raksasa teknologi dunia hanya dalam enam tahun. Hal ini membuat kekayaan bersih Zhang mencapai USD4 miliar atau setara dengan Rp60 triliun.
ByteDance bukan hanya perusahaan aplikasi yang mengandalkan iklan untuk mencari pendapatan, mereka juga memanfaatkan AI pada layanan konten untuk membangun pengalaman bagi pengguna.
“Jinri Toutiao memiliki sumber daya komputasi dan penyimpanan yang sangat besar. Kami memiliki lebih dari 50 Petabyte (PB) kapasitas pemrosesan data harian dan penyimpanan data kami lebih besar dari 1.500 PB. Infrastruktur adalah kunci untuk mendukung pengembangan aplikasi,” kata Vice President ByteDance Yang Zhenyuan.
Zhang Yiming tercatat memiliki kekayaan USD45 miliar atau setara Rp684 triliun (kurs Rp15.200 per USD). Dirinya pun dianggap mencapai apa yang Mark Zuckerberg tidak pernah bisa dalam jangka waktu yang jauh lebih singkat. Facebook memiliki lebih dari dua kali lipat masa hidup ByteDance. Dikarenakan terlalu fokus dengan iklan, Facebook seakan kehilangan kemampuan untuk mengikuti masa depan.
Salah satu hal yang menjadi fokus Zhang dalam menciptakan ByteDance adalah untuk menarik ketertarikan pengguna dengan AI sehingga mampu memberikan pengalaman yang berkualitas. Dengan cara inilah mereka mampu melaju ke pasar global.
September 2016, TikTok akhirnya didirikan. Pada awalnya, TikTok dikenal sebagai aplikasi berbagi video. Di negara Chin, aplikasi tersebut bernama Douyin. Kesuksesan TikTok tak didapat secara instan.
Kala itu Zhang mewajibkan seluruh pegawainya untuk mengunduh dan memiliki akun TikTok. Kesuksesan TikTok semakin melesat setelah ByteDance membeli sekaligus mengakuisisi Muscal.ly, layanan media sosial Tiongkok yang berinduk di Shanghai namun berkantor di Santa Monica Amerika Serikat. ***
Editor : Ditya Arnanta