Selain itu, jenazah yang akan di aro biasanya sudah meninggal selama dua tahun atau lebih.
Dalam pelaksanaannya, Mangngaro akan dimulai dari keluarga dan kerabat yang berjalan beriringan ke kuburan. Pada prosesi ini, para perempuan diharuskan memakai pakaian adat yang berwarna hitam.
Setelah sampai dikuburan, jenazah akan dikeluarkan dari liang dan di arak ke tempat para kerabat perempuan menunggu. Arak-arakan jenazah akan melintasi sawah untuk menuju tenda yang sudah disiapkan. Tenda ini akan dijadikan tempat persemayaman jenazah.
Jenazah akan dibiarkan selama satu malam di bawah tenda yang sudah di sediakan. Malam harinya, prosesi pembungkusan ulang jenazah dilakukan. Sementara menunggu proses pembungkusan ulang, para pria akan melakukan ritual ma’badong, sedangkan para wanita melakukan ritual ma’sailo.
Dalam prosesi ini, warna kain untuk membungkus jenazah tidak boleh asal-asalan. Pasalnya, warna kain akan disesuaikan dengan hewan yang disembelih. Seperti warna merah yang berarti untuk dipelima atau dipandan.
Di keesokan harinya, Mangngaro dilanjutkan dengan menyembelih hewan ternak, seperti kerbau atau babi. Sebelum jenazah diarak kembali, anggota keluarga akan melakukan persembahan.
Setelah itu, acara akan dianggap selesai.
Demikian tradisi unik mangngaro, membungkus ulang jenazah para leluhur di Mamasa. ***
Editor : Ditya Arnanta