Namun untuk menuju ke lokasi Khayangan tidak bisa dilalui dengan sepeda motor. Melainkan dengan berjalan kaki. Karena letak Khayangan sendiri berada di lembah jurang yang sangat curam. Di lokasi ini terdapat air terjun alami yang mengalir di di sela babatuan pegunungan. Sehingga, untuk menuju kelokasi itu, harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Setelah bertanya pada warga sekitar, iNewskaranganyar.id ditunjukan lokasi yang dituju. Hanya saja,sebelum melangkahkan kaki, salah satu warga bertanya pada iNewskaranganyar.id.
"Mas, boten mbeto klambi hijau kan (mas, tidak membawa baju warna hijaukan),"tanya warga Dlepih yang mengaku bernama Sarif.
Mendengar pertanyaan itu iNewskaranganyar.id pun balik bertanya, "Memangnya kenapa pak kalau bawa baju warna hijau,"tanya iNewskaranganyar.id.
Air Terjun di Khayangan (Foto:iNewskaranganyar.id/bramantyo)
"Itu pantangannya mas. Kalau mau kesana tidak boleh pakai warna hijau. Biarpun pakaian itu ditaruh didalam tas. Kalau dilanggar, kamu sendiri yang celaka,"jawab Sarif.
"Oh begitu ya pak, saya tidak bawa baju warna hijau,"jawab iNewskaranganyar.id sambil membuka tas punggung yang kenakan.
Setelah melihat isi tas, warga itupun mempersilahkan iNewskaranganyar.id untuk meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Nama Kahyangan tak lepas dari Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Kala itu, Panembahan Senopati yang masih bernama Danang Sutowijoto berhasil membunuh Haryo penangsang.
Atas jasanya menang melawan Haryo Panangsang, akhirnya Danang Sutowijoyo mendapatkan hadiah dari Sultan Pajang kala itu yakni Sultan Hadiwijaya berupa tanah perdikan di Mentaok (Kotagede).
Editor : Ditya Arnanta