KARANGANYAR,iNews.id - Puspo Wadoyo salah satu pengusaha pribumi asal Solo yang sukses membangun usaha rumah makan ayam. Berkat kegigihan pantang menyerah merintis usaha kuliner mulai dari nol, kini pria kelahiran 30 November 1967 ini sukses mengibarkan bendera "Ayam Bakar Wong Solo" sebanyak 283 restoran. Tersebar di Indonesia, Arab Saudi dan Malaysia.
Saat ditemui iNewskaranganyar.id, di lokasi usaha baru milik Puspo Wardoyo, Kali Pepe Land di Colomadu, Karanganyar, Puspo pun blak-blakan menceritakan kisah perjuangannya mendirikan usaha kuliner yang memang bagian dari mimpinya itu.
Puspo Wardoyo terlahir dari keluarga yang sederhana dan memiliki 8 orang saudara. Kebetulan, ungkap Puspo, keluargan besarnya itu menekuni usaha kuliner. Kakek Puspo sendiri yang bernama Wongso adalah pencetus pertama kali Sate Kere. Sate kere ini sate yang dibikin dari bahan tempe gembus yang kemudian disiram dengan menggunakan bumbu kacang.
Sedangkan Orang tuanya berdagang daging ayam dan membuka warung kecil. Sejak kecil, Puspo senang membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar.
Malam harinya, ia membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya. Meski orang tuannya menekuni usaha kuliner, saat itu Puspo lebih memilih menjadi seorang guru, berstatus Pegawai Negeri Sipil. Namun panggilan untuk berwirausaha
begitu kuat pada jiwa Puspo Wardoyo.
Akhirnya, Puspo Wardoyo pun memutuskan untuk mengundurkan diri. Suatu keputusan yang berat saat itu. Namun, karena tekadnya yang begitu kuat, tak menyurutkan langkahnya untuk berwirausaha.
Tak mudah bagi Puspo Wardoyo saat pertama merintis usaha kuliner. Dia kerap mendapatkan cibiran dari teman-temannya yang mengetahui bila dirinya melepas status PNS untuk berjualan makanan.
Hingga suatu ketika Puspo pun bertemu temannya yang berjualan bakso di Medan pulang ke Solo. Dan Puspo pun disarankan untuk membuka usaha di Kota Medan. Ia tertarik dengan ajakan kawannya itu.
Puspo Wardoyo terus mengembangkan usaha miliknya, salah satunya makanan siap saji "Makanku" yang diperuntukan untuk TNI/Polri, Jamaah Haji dan Umroh (Foto: iNewsKaranganyar.id/Bramantyo)
Tapi saat itu dirinya terbentur modal untuk membuka bisnis makanan di Kota Medan. Akhirnya, dia pun memutuskan kembali menjadi guru. Selama 2 tahun mengajar, 1989-1991, terkumpul uang sekitar Rp 2.400.000.
Dengan uang itu ia membeli motor dan sewa rumah kontrakan. Sisanya sekitar Rp 700.000 dipergunakan untuk modal jualan ayam bakar. Puspo lantas membuka warung kaki lima di daerah Medan Polonia, Medan. Dan nama yang dia pilih untuk warung kulinernya itu adalah Ayam Bakar Wong Solo.
"Saya kan asli Solo. Ingin masyarakat Medan tahu ada masakan Jawa dari Solo. Kebetulan Mbah saya namanya Wongso. Lalo orang mudah menyebutnya Wongso Lo, Wongso Lo. Jadilah Wong Solo. Biar mudah diingat,"terang Puspo Wardoyo pada iNewskaranganyar.id belum lama ini.
Karena keterbtasan modal, awal pertama kali restoran Wong Solo berdiri, hanya dirinya sendirilah yang mengurusi semuannya. Mulai memotong 3 ekor ayam setiap harinya, meracik bumbu, melayani pembeli dan memasakan ayam untuk pembeli semua dia lakukan seorang diri. Hingga akhirnya, dia pun mampu membayar satu orang karyawan.
Kemampuan meracik dan meramu masakan didapatnya sewaktu bekerja membantu ayahnya berdagang membuat ketagihan warga di Medan. Hingga akhirnya, Kemampuannya ini terus diasahnya sampai sekarang. Hasilnya di Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo sekarang telah ada 50 menu.
Editor : Ditya Arnanta