KARANGANYAR, iNews.id - Hongkong termasuk kota termahal di dunia. Selama dua tahun berturut-turut Berdasarkan studi terbaru ECA International, Hongkong memegang mahkota kota termahal di dunia untuk ditingali kalangan ekspatriat.
Julukan sebagai kota termahal di dunia itu dipegang Hongkong selama dua tahun berturut-turut.
Disusul peringkat kedua dan ketiga sebagai kota termahal untuk ditinggali adalah New York dan Jenewa.
London dan Tokyo melengkapi lima kota termahal bagi pekerja asing. Kenaikan sewa yang tajam adalah bagian dari alasan mengapa London dan New York termasuk di antara lima kota termahal, dengan biaya sewa properti di kota-kota tersebut masing-masing meningkat sebesar 12-20 persen.
"Meskipun Hong Kong telah dipengaruhi oleh kenaikan inflasi global lebih sedikit daripada lokasi regional dan global lainnya pada tahun lalu, namun tetap menjadi lokasi termahal di dunia," kata Direktur Regional ECA International untuk Asia Lee Quane, dikutip dari The National News, belum lama ini.
Bahan bakar adalah salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kenaikan biaya hidup di seluruh dunia karena permintaan minyak telah melonjak melebihi pasokan.
Invasi Rusia di Ukraina telah memicu siklus komoditas global, menambah ketidakpastian ekonomi, menghambat pertumbuhan global, dan memperburuk tekanan inflasi.
ECA International menganalisis biaya barang dan jasa konsumen di lebih dari 490 lokasi di seluruh dunia, sementara data akomodasi juga diperhitungkan, membandingkan biaya sewa di area yang biasanya dihuni oleh pekerja asing di lebih dari 410 lokasi di seluruh dunia. Laporan terbaru memeringkat 207 kota di 120 negara.
Berikut 20 kota termahal di dunia bagi ekspatriat tahun ini:
1.Hong Kong
2.New York, AS
3.Jenewa, Swiss
4.London, Inggris
5.Tokyo, Jepang
6.Tel Aviv, Israel
7.Zurich, Swiss
8.Shanghai, China
9.Guangzhou, China
10.Seoul, Korea Selatan
11.San Francisco, AS
12.Shenzhen, China
13.Singapura
14.Beijing, China
15.Yerusalem, Israel
16.Bern, Swiss
17.Yokohama, Jepang
18.Kopenhagen, Denmark
19.Oslo, Norwegia
20.Taipei, Taiwan
Editor : Ditya Arnanta