Tanpa bekal apapun, mereka harus menembus segala rintangan baik alam maupun kejaran dari instruktur. Jika tertangkap maka akan dijebloskan ke dalam kamp tahanan, diinterogasi dan disiksa supaya buka mulut.
”Persis seperti perang sungguhan. Pada fase pelolosan hanya mereka yang tertangkap saja yang merasakan siksaan sebagai tawanan,” kenang Sutiyoso.
Setelah fase pelolosan, dilanjutkan dengan kamp tawanan. Selama tiga hari tiga malam seluruh calon prajurit Komando diinterogasi dan disiksa sehingga merasakan bagaimana menjadi tawanan.
Mereka yang lolos akan mendapatkan Baret Merah, baju loreng darah mengalir dan pisau Komando.
“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan pelolosan dan kamp tawanan,” kata Pramono dalam buku biografinya “Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan yang diterbitkan QailQita Publishing 2014”.
Hal yang sama diceritakan Menteri Pertahanan (Menhan) Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto. Bahkan saking kerasnya pendidikan yang dijalaninya, Prabowo mengaku bisa tertidur sambil berjalan.
Menurutnya, saat menempuh pendidikan Kopassus, dirinya dilatih untuk bisa tidur di mana saja.
“Kita di tentara dulu bisa tidur sambil jalan, bener, bener, bener. Jadi kadang-kadang itu yang terjadi, lucu-lucu kan. Kita kan jalan malam, gelap, tertidur karena saya kira asal kita ikut orang di depan saya, saya kan nyampe. Tidur itu. Tahu-tahu temen kita belok kiri, kita enggak tahu ya, kita jalan terus. Bangun, uh kita istilahnya apa itu, putus. Jadi barisan putus. Ada lagi gini, ada lagi teman di depan berhenti kan. Kita tabrak temen yang di depan. Itu kejadian. Ada lagi, baris, apel malam, tidur. Berdiri, sikap sempurna," ujar mantan Danjen Kopassus saat podcast Deddy Corbuzier, beberapa waktu lalu.
Mantan Katim Gumil/Tih Pusdiklatpassus Batujajar dan Danyon 14 Grup 1 Kopassus Letkol Inf Wahyu Yuniartoto menuturkan bagaimana penderitaan perjuangan prajurit Komando saat longmarch Batujajar-Pantai Permisan, Cilacap. Bahkan, dirinya ingin menangis jika mengenang peristiwa tersebut.
”Kulitnya tertinggal di dalam kaos kakinya. Ketika dilepas sama-sama, seiring lepasnya kaos kaki, lepas pula kulit kakinya. Telapak kakinya sudah merah semuanya, tumit dan kaki bagian depan. Apa dia menyerah? Tidak, dia berucap Komando…Komando terus. Saya kalau mengingat itu hampir menumpahkan air mata,” kenangnya dikutip dari akun @SahabatKopassus.
Syarat Calon Prajurit Komando
Editor : Ditya Arnanta