Bencana ini pun merusak ibu kota Medang dan banyak daerah permukiman di Jawa Tengah. Hal ini yang menjadi alasan utama perpindahan ibu kota Kerajaan Mataram dari Medang ke Tamwlang di wilayah Kanuruhan, yang terletak di Jawa Timur.
Sesuai dengan landasan kosmogoni kerajaan, maka kerajaan baru itu dianggap sebagai dunia baru, dengan tempat - tempat pemujaan yang baru dan diperintah oleh dinasti baru pula.
Sebab itu, walaupun Mpu Sindok sebenarnya masih berasal dari Dinasti Sailendra, sesuai kedudukannya sebelumnya sebagai Rakai Halu dan Rakai Hino, pada masa pemerintahan Rakai Layang dan Rakai Sumba Dyah Wawa. Namun ia dianggap sebagai pendiri dinasti baru, yakni Dinasti Isana.
Namun bisa juga perpindahan pusat kerajaan diartikan agak berbeda dengan sekedar bencana alam yang terjadi sebagai sebab satu - satunya.
Sebagaimana diketahui, perkembangan kehidupan perekonomian sangat memerlukan sarana dan sumber daya yang lebih memadai. Letak Mataram yang semula ada di daerah pedalaman dengan sumber day alam terbatas sangat menggangu proses pengembangan perekonomian.
Jauhnya pusat kerajaan dengan pusat perdagangan yang umumnya terletak di tepi pantai (bandar) menjadi kendala dalam menjawab tantangan pola pedagang emporia, yang berskala internasional dan sedang berkembang saat itu.
Kendala berikutnya adalah tidak banyak sungai - sungai besar yang dapat dilayari untuk membawa barang dagangan dari bandar di pelabuhan ke daerah pedalaman atau sebaliknya, untuk membawa barang dagangan dari pedalaman untuk ditukarkan atau diperdagangkan pada pasar internasional di pelabuhan.
Perpindahan pusat pemerintahan yang terjadi jelas telah direncanakan dengan matang. Namun demikian, apabila terjadi letusan gunung berapi yang merusak, ini hanya suatu pemicu dari perpindahan tersebut.
Editor : Ditya Arnanta