Bagaimana menemukan ide atau gagasan menulis Cerpen?

Didik Kartika
Buku-buku karya Hamdani MW, seperti berbagai Cerita Anak, Antologi Cerpen hingga Biografi. (Foto: iNewskaranganyar/Didik Kartika)

SOLO, iNews.id - Menulis merupakan aktifitas yang sangat menyenangkan. Namun seringkali bagi para penulis pemula masih sangat kesulitan dalam menemukan ide atau gagasan sebuah cerita pendek (Cerpen). 

Penulis Cerpen dan buku, Hamdani MW ingin membagikan tips, mengenai bagaimana seorang penulis pemula dalam menemukan dan menuangkan ide atau gagasan saat menulis sebuah cerita pendek (Cerpen). 

Ide Ada di sekitar Kita

Menurut Hamdani, ide cerita pendek itu bisa muncul dari mana saja dan kapan saja. 

“Bisa dari membaca apa saja, membaca buku, koran, majalah, menonton televisi, film, membaca medsos atau ngobrol dengan orang lain,” ujar penulis Cerpen di berbagai media ini. 

Intinya, semua hal yang terjadi di sekeliling kita bisa menjadi ide cerita pendek. Tergantung seberapa tajam insting kita untuk menangkap ide tersebut. Atau, tergantung pada kemauan kita untuk memburu ide dan mengembangkannya menjadi sebuah cerita.

Dapat ide, langsung tulis

Hamdani juga menyarankan, agar para penulis mulai peka terhadap semua hal yang datang di sekitar kita. Bila sudah menemukan satu ide atau gagasan, jangan disimpan terlalu lama dalam pikiran. 

“Ide tidak boleh hanya ditunggu, karena ide tidak akan datang jika tidak dicari dan diburu,” jelas Suhamdani, yang juga seorang jurnalis senior ini. 

Dirinya memberikan beberapa contoh, alur bagaimana dia mendapatkan sebuah ide Cerpen. 

“Misalnya, saya pas liputan di Humas Pemprov DIY, ngobrol soal emansipasi. Eh, muncul ide untuk membuat cerita tentang emansipasi. Lalu saya  coba bikin cerita. Intinya, emansipasi di pedesaan, di mana perempuan sudah biasa mengerjakan pekerjaan laki-laki,” ujar Hamdani memberikan contoh. 

Ceritanya itu, ada mahasiswa melakukan penyuluhan tentang kesadaran gender di sebuah balai desa. Semula peserta banyak, dari kalangan ibu-ibu. Tetapi lama-kelamaan menyusut jumlahya, karena ibu-ibu itu juga harus bekerja. Sampai tinggal seorang ibu yang belum pergi. 

“Cuplikan contoh tersebut pernah dimuat di salah satu koran lokal Solo beberapa waktu lalu,” terang Suhamdani, penulis buku antologi Cerpen ‘Daun Pintu Setengah Terbuka’ tersebut.

Dia kemudian memberikan contoh lain bagaimana dirinya menemukan ide di saat mengendarai mobil dan melewati sebuah kawasan yang sering dia lalui. 

“Saya sering lewat di perempatan Kranon, Kepek di Wonosari, lihat Toko Kijing (nisan makam). Lalu terbersit menulis Cerpen tentang pembuat kiing dan peti mati. Saya buat tokohnya ekstrem, seorang pria kaya raya dari hasil menjual peti mati. Si tokoh ini saya buat ekstrem, suka foya-foya dan suka selingkuh.  Setiap kali orang meninggal dia mimpi didatangi arwah orang yang meninggal dan membeli peti mati ke dia,” urai Hamdani memberikan contoh.

Cerpen yang ditulisnya itu pernah dimuat di majalah Sastra terkemuka yaitu Majalah Sastra Horison. 

Tulislah mengalir, jangan takut keliru

Sebagai penulis senior, Hamdani ingin agar para penulis pemula tak perlu ragu bila sudah mendapatkan ide atau gagasan untuk langsung menulis.

Menulis, mengalir sesuai hati dan pikiran. Keluarkan ide-ide yang tersimpan dan tulislah satu dua kata menjadai satu dua kalimat dan berlanjut pada satu dua paragraf. 

“Tahapan menulis Cerpen, bagi saya nggak ada tahapannya,” tandas Hamdani yang juga mengembakan diri sebagai penulis cerita anak (Cernak).


Hamdani MW saat bedah buku di Karanganyar, Jawa Tengah. (Foto: iNewskaranganyar/Didik Kartika)

Penulis yang memiliki nama pena Hamdani MW ini menyarankan, bila sudah berniat untuk menulis, lalu mendapatkan ide, agar secepatnya menuangkan di layar laptop atau computer atau selembar kertas. 

“Asal nulis begitu saja. yang penting, tuangkan dalam layar komputer atau kertas. Dulu, generasi saya, saya masih pakai mesin ketik manual yang bunyinya cetok-cetok, keras sekali,” tutur penulis buku antologi cerita anak ‘Raja yang Sombong’ itu.

Hamdani menambahkan, para penulis tidak perlu memikirkan keindahan berbahasa dalam tulisan yang sedang digarap. 

“Tulis saja mengalir. Nggak usah mikir keindahan berbahasa. Yang penting, tumpahkan, tumpahkan, tumpahkan. Habis itu setelah rampung menulis, baca ulang, baca ulang. Pasti akan kelihatan yang salahnya di mana. Lalu baru diedit, dan bisa ditambahkan enaknya gimana agar enak dibaca, dan seterusnya,” papar dia.

Dia menyimpulkan, baginya tahapan dalam menulis cerita hanya ada dua yaitu ‘Menulis cerita’ dan ‘Mengedit cerita’. “Itu saja,” pungkasnya.  

Editor : Bramantyo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network