Gusti Moeng berpesan meskipun teknologi membawa banyak manfaat, generasi muda harus bijak dalam menggunakannya. Jangan sampai waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar budi pekerti dan budaya justru habis untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
"TikTok dan media sosial lainnya bisa menjadi alat yang baik jika digunakan dengan bijak, tetapi jangan sampai kita terjebak dalam arus yang membuat kita melupakan jati diri dan tanggung jawab sebagai penerus budaya Mataram," imbuhnya.
Gusti Moeng mengingatkan bahwa tantangan eksistensi budaya saat ini sangat nyata. Modernisasi yang begitu cepat sering kali membuat generasi muda lebih tertarik pada hal-hal yang instan dan viral, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai luhur yang menjadi warisan nenek moyang.
"Kita harus ingat bahwa kita bukan hanya warga dunia digital, tetapi juga pewaris tradisi dan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad. Kita punya tanggung jawab untuk menjaga agar budaya ini tetap hidup dan relevan di masa depan," tegas Gusti Moeng.
Keraton Mataram Surakarta, lanjutnya telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan bahwa generasi muda mendapatkan pendidikan yang baik mengenai budi pekerti, tata krama, serta sejarah dan budaya.
"Melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan, mereka berusaha menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak muda agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bertindak dan berperilaku," tandasnya.
Gusti Moeng menambahkan sebagai penerus dari sebuah kerajaan yang besar, bukan hanya dalam hal kekuasaan, tetapi juga dalam hal nilai dan budaya. Belajarlah budi pekerti, saling menghormati, dan pelajari sejarah serta budaya.
"Dengan begitu, kalian akan menjadi generasi yang kuat, yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri," pungkasnya.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait