KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anwar Susilo mengakui partainya hingga hingga saat ini masih kesulitan mencari pengganti Rohadi Widodo. Sosok politikus yang baru saja tutup usia diusia 50 tahun karena sakit Leukimia ini belum tergantikan.
"Belum ada figur pengganti beliau,"papar Anwar pada wartawan, Jumat (3/2/2023).
Diakui oleh Anwar, Rohadi Widodo saat semasa hidup pernah menduduki posisi Wakil Bupati dan diakhir hayat menduduki posisi sebagai Wakil Pimpinan DPRD Karanganyar ini begitu kharismatik.
Karena kharismatik yang dimiliki almarhum, diakui oleh Anwar, membuat ketokohannya begitu kuat di masyarakat. Sehingga, dengan kepergian almarhum, jelas membuat partai yang dipimpinnya ini harus ekstra kerja keras dalam Pilkada nanti.
Apalagi dalam Amanat Musyawarah Daerah (Musda) PKS, memenangkan Pilkada 2024 jelas harus tetap berjalan. Konsolidasi internal partai saat ini terus dilakukan. Konsolidasi ini diambil untuk mengambil langkah-langkah setelah ditinggal Rohadi Widodo.
Termasuk komunikasi politik dengan parpol lain itupun juga dilakukan oleh PKS. Karena partai besutan Ahmad Syaikhu ini sadar sebagai partai menengah di Karanganyar untuk memenangkan Pilkada tidak bisa berjalan sendiri.
Sehingga perlu menjalin koalisi dengan partai politik lain. Meskipun saat ini PKS masih konsentrasi dalam pemenangan pemilihan legislatif (Pileg).
"Soal sikap saat Pilkada kami belum menentukan sikap apakah akan mengusung atau mendukung. Tapi amanat Musda jelas bahwa kami harus memenangkan pemilu 2024,"terangnya.
Kepergian politisi senior PKS Rohadi Widodo jelas merubah peta perpolitikan di Karanganyar. Semasa hidup, Rohadi Widodo mampu mengantarkan Juliyatmono sebagai Bupati Karanganyar setelah mencoba dua kali ikut Pilkada namun selalu kalah.
Saat berpasangan dengan almarhum di Pilkada 2013 silam, Pasangan Juliyatmono-Rohadi Widodo unggul dengan perolehan suara 51,79% mengalahkan Wakil Bupati Incumben yang maju dalam Pilkada sebagai calon Bupati dan berpasangan dengan Dyah Shintawati.
Saat itu pasangan Paryono - Dyah Shintawati nomer urut 2 di Pilkada lalu yang didukung PDIP, mendapatkan suara 41,04%. Dan di urutan ketiga pasangan Aris Wuryanto - Wagiyo Ahmad Nugroho yang didukung, yaitu Partai RepublikaN, Parti Pelopor, PDP, PDK, PBR, PBB, Partai Kedaulatan, PPRN, PIS, PPN, Partai Barnas, Hanura, hanya mendapatkan suara 7,17%.
Harmonisasi Pecah
Pasangan Juliyatmono dan Almarhum Rohadi Widodo saat masih menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati (Foto: Kominfo Karanganyar)
Pada pilkada 2018, duet Juliyatmono dan Rohadi Widodo berakhir. Calon Bupati Incumben Juliyatmono saat pilkada, memilih berpasangan dengan Rober Christanto. Bahkan saat itu, mayoritas parpol yang memiliki kursi di DPRD condong mendukung pasangan Juliyatmono - Rober Christanto.
Nyaris saja, Rohadi Widodo tak bisa maju dalam pencalonan tersebut. Karena persyaratan untuk maju dalam Pilkada harus mendapatkan dukungan dari parpol pemilik kursi di DPRD minimal 9 kursi.
Kala itu, Juliyatmono dan Rober Christanto resmi mendaftar ke KPU dengan diusung 8 parpol pemilik kursi di DPRD. Ke sembilan Parpol itu adalah Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, PKB, PAN, PPP, Partai Hanura dan Partai Gerindra.
Keajaiban terjadi, beberapa jam sebelum perpanjangan pendaftaran ditutup, Partai Gerindra yang sebelumnya mendukung pencalonan pasangan Juliyatmono dan Rober Christanto mencabut dukungan dan sepakat berkoalisi dengan PKS mengusung Rohadi Widodo dan Ida Retno Wahyuningsih.
Akhirnya, di detik-detik saat perpanjangan waktu pendaftaran Cabup dan Cawabup di tutup, Rohadi Widodo akhirnya bisa mencalonkan diri sebagai Cabup dalam Pilkada dan berpasangan dengan Ida Retno Wahyuningsih.
Meski hanya berkoalisi dengan Partai Gerindra, Rohadi Widodo mampu melakukan perlawanan sengit menghadapi pasangan Juliyatmono dan Rober Christanto yang didukung 7 partai saat pilkada silam.
Meskipun akhirnya, pasangan Juliyatmono dan Rober Christano yang memenangkan pertempuran di pilkada silam, namun perolehan suara kedua paslon ini tidak terpaut jauh berbeda.
Dari data yang dimiliki iNewskaranganyar.id, pasangan calon nomor nomor urut 1, Rohadi Widodo-Ida Retno Wahyuningsih, saat itu meraih 231.242 suara atau 43,79 persen.
Bahkan didua kecamatan yakni Kecamatan Ngargoyoso dan Karanganyar, pasangan calon nomor urut 1 menang mutlak. Sedangkan pasangan calon nomor urut 2, Juliyatmono-Rober Christanto meraih 296.895 suara atau 56,21 persen. Pasangan calon nomor urut 2 menang di 15 kecamatan di Kabupaten yang terletak di lereng Gunung Lawu ini.
PDIP
Ketua DPC PDIP yang juga Ketua DPRD Bagus Selo tegaskan harga mati kursi Bupati bagi PDIP di Pilkada 2024 (Foto: Bramantyo/iNews)
Sementara itu Ketua DPC PDIP Karanganyar Bagus Selo mengakui peta politik Karanganyar saat ini berubah setelah kepergian Rohadi Widodo. Politisi senior partai besutan Megawati Soekarnoputri ini mengakui bila almarhum Rohadi Widodo merupakan sosok besar dan berpengaruh di karanganyar.
"Jadi meninggalnya pak Rohadi memang merubah peta politik," kata dia.
Meski sosok berpengaruh itu sudah tiada, namun PDIP,ungkap Bagus Selo tetap menjalin komunikasi dengan parpol lain, termasuk PKS.
Partai berlambang banteng moncong putih ini tidak mau lagi berada di posisi kedua. Di Pilkada 2024, Bagus Selo menyatakan PDIP harus merebut posisi bupati. Kursi AD 1 ini, ungkap Bagus Selo menjadi harga mati setelah dua periode kehilangan posisi tersebut.
"Tidak lagi nomor dua,Harga mati untuk AD 1."tegasnya.
Menurut Bagus Selo, sangat realistis PDIP sebagai partai pemenang pemilu di Karanganyar, meraih kursi bupati. Karena itulah di Pilkada 2024, PDIP akan mengusung calon dari internal partai dan tidak lagi calon dari luar. ***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait