Pengamat Politik:Manuver PKS Usung Poros Tengah Dobrak Kekuatan Partai Golkar di Pilkada Karanganyar

Bramantyo
Pengamat Politik UNS Agus Riwanto menilai ada dua poin dari pertemuan antara Rohadi dari PKS dan Rinto Subekti dari Partai Demokrat sebagai upaya manuver PKS untuk menarik perhatian Partai Golkar atau mendobrak dominasi partai berlambang beringin di Pilkada 2024 (Foto: Sindonews)

"Dugaan saya,  PKS bukan tidak mungkin mencoba lagi mendekat dengan kekuasaan. Karena PKS dan Golkar mempunyai pengalaman yang sama di Pilkada Karanganyar," ungkapnya.

"Tetapi PKS harus berpikir realistis, karena tampaknya pak Juliyatmono dan partai koalisinya semakin kuat. Dan ada dua kemungkinan, PKS bisa saja terpental dari koalisi dan bisa juga bergabung dalam koalisi,"ungkapnya.

Dan cara logis yang bisa dilakukan oleh PKS yaitu mencoba membangun koalisi dengan Partai Demokrat.

Karena hanya dengan Demokrat, PKS bisa berkoalisi. Sebab, bila dengan partai berbasis agamis lainnya, PKS tidak bisa mendapatkan tempat. Apalagi dengan PDIP, jelas koalisi itu tidak mungkin bisa terjadi.

Hanya saja, apakah  koalisi ini memang benar akan diwujudkan, atau koalisi ini hanya sebagai upaya PKS menarik perhatian dari Partai Golkar, masih menjadi pertanyaan.

"Partai Demokrat inikan partai yang sangat terbuka dan tidak ada alergi dengan PKS. Dan kalau dengan PDIP jelas tidak mungkin,"ungkap Agus yang kebetulan mantan Ketua KPU Sragen.

Karena PKS, ungkap Agus, paham benar sangat berat untuk bisa nempel ke Partai Golkar. Dan bila upaya menarik perhatian itu gagal, tidak menutup kemungkinan PKS akan menggandeng Partai Demokrat dan NasDem.

Pasalnya Partai Golkar sudah sangat percaya diri dengan kondisi kemenangan Juliyatmono selama dua periode. Bisa terulang lagi di Pilkada 2024.

"Untuk menempel kembali ke Partai Golkar sangat berat. Karena Partai Golkar sudah sangat Percaya Diri dengan kemenangan Juliyatmono selama dua periode. Punya massa yang cukup solid, popularitas sudah cukup kuat kemungkinan koalisi bisa saja tertutup. Apalagi masuk ke PDIP,  jelas lebih tertutup lagi karena PDIP tidak mungkin bertemu dengan PKS, satu-satunya alternatif menempel ke partai Demokrat dan NasDem, "paparnya. ***

Editor : Ditya Arnanta

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network