"Sudah jadi rahasia umum, dan sebagai pusat (pusernya) tanah Jawa Lawu sangat cantik dan di selimuti dengan misteri yang tiada habisnya," papar Rifan Fernandi saat ditemui iNewskaranganyar.id, Jumat (30/9/2022).
Rifan Fernandi menyebutkan semua jalur pendakian ke puncak gunung yang memiliki ketinggian 3.265 mdpl penuh dengan misteri. Namun, jalur yang dinilai Rifan Fernandi paling mistis adalah jalur yang melintasi Candi Cetho, Jenawi, Karanganyar.
Salah satu pendaki tengah berfoto ditugu tanda batas akhir ketinggian Gunung lawu (Foto:Ist)
"Ibarat rumah, jalur Candi Cetho ini pintu utama dari Gunung Lawu. Kalau jalur lainnya, seperti Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu bila rumah itu diibaratkan dapur atau belakang,"jelasnya.
Tak heran bila jalur pendakian Candi Cetho, mulai dari Mbah Branti (pos 1), Brakseng (pos 2), Cemoro Dow (pos 3), Penggik (ondorante) pos 4, Bulak Peperangan (pos 5), dan puncak Hargo dalem, memiliki jalur paling ektrim. Jalur ini sangat berat dan sulit untuk di lalui jika tidak mengetahui jalurnya.
Rifan Fernandi menjelaskan di lokasi yang bernama Bulak peperangan sering terdengar suara aneh yang tak berwujud. Menurut cerita yang berkembang, memang lokasi berupa lahan kosong tersebut adalah lokasi terjadinya peperangan antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.
"Di lokasi tersebut, kabarnya jika pendaki bermalam di lokasi tersebut sering mendengar suara keriuhan seperti sedang bertempur," terang Rifan Fernandi.
Selain itu, papar Rifan Fernandi tepat di atas lokasi Bulak Peperangan merupakan Pasar Dieng atau masyarakat menyebutnya pasar setan, yang juga tidak berwujud. Namun yang terdengar hanya suara riuh layaknya orang sedang berada di dalam pasar. Dan lokasi pasar Dieng hanya di tandai dengan tumpukan batu yang berjajar seperti meja.
"Bila beruntung, pendaki akan mendengar suara orang yang menawari untuk memberi dagangannya. Selanjutnya kita tinggal lempar koin atau daun ke arah suara sambil menyebut barang yang kita butuhkan. Dan barang itu langsung ada di depan kita," jelasnya lebih lanjut.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait