Pusaka-pusaka itu dijemput para abdi dalem diantaranya KRMT Lilik Priarso Tirtodiningrat dan KRMT Hudoko Artisto
Setelah segala prosesi rampung MN X itupun memerintahkan untuk melakukan kirab yang bertepatan dengan malam satu suro 1956.
Rombongan kirab yang dipimpin KRMT Roy keluar dari dalam kawasan Pura Mangkunegaran untuk berkeliling tembok Pura Mangkunegaran searah jarum jam.
Koordinator kirab Mas Ngabehi Bambang Suhendro menjelaskan kirab topo bisu ini memiliki makna manusia harus selalu ingat pada sang pencipta dan selalu berkomunikasi melalui ibadah pada Tuhan yang Maha Kuasa dalam keadaan suci.
"Tapa bisu atau berjalan dengan berdiam diri, tidak boleh berbicara ini sebagai bentuk perenungan,"katanya.
Setelah pelaksanaan kirab pusaka dalem, kegiatan dilanjutkan dengan prosesi semedi (meditasi) di Pendapa Agung dan Paringgitan Puro Mangkunegaran hingga Sabtu (30/7/2022) dini hari.
Setelah kirab mengelilingi Pura Mangkunegaran, pusaka ini pun kembali masuk ke dalam Istana atau Pura Mangkunegaran.
Setelah di jamasi, air jamasan itu pun diperebutkan warga yang memang sudah menunggunya.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait