Kisah Perjalanan Pemilik PO Rosalia Indah, Anak Buruh Tani, Kondektur Kini Punya Ratusan Bus Mewah

Siska Permata Sari
Yustinus Soeroso pemilik PO Rosalia Indah Jatuh bangun saat awal merintis perusahaan otobus miliknya (Foto: iNews.id)

11 tahun bersama PO bus Timbul Jaya menjadi menjadi cikal bakal Rosalia Indah. "Saya sangat berterima kasih kepada Timbul Jaya. Sampai sekarang saya menghargai Timbul Jaya menghargai hingga berkembang sampai saat ini," ujar pria bersahaja ini.

Soeroso mengungkapkan saat di Timbul Jaya dirinya sempat menjadi kepala unit Solo dan Jawa Timur.


Yustinus Soeroso pemilik bus Rosalia Indah (Foto: iNews.id)

"Saya bekerja mengalir saja. Sesuai prosedur tidak aneh-aneh. Saya dipercaya hampir 90 persen, (keputusan) saya yang menentukan. Bos tahunya beres ada setoran bus," katanya. 

Pada 1983, Soeroso punya ide untuk melayani penumpang yang baru turun dari bus Sumatera ke Jawa. Saat itu, tidak ada angkutan terusan yang mengantarkan mereka ke masing-masing daerah tujuan.

"Saya inisiatif kredit kendaraan sendiri, dinaikkkan travel. Ternyata bagus, pada 1984 bertambah dua unit," ujarnya ayah tiga anak ini. 

Dibantu sang istri Yustina Rahyuni, Soeroso mengoperasikan dan mengelola layanan travel dengan armada pertama Mitsubishi Colt "Bibit Kawit" melayani trayek Surakarta (Solo)–Blitar. Kemudian mengembangkan trayek melayani Yogyakarta–Surabaya, dan Yogyakarta–Blitar/Malang.

Pada 1987, dia mulai mengembangkan usahanya dengan merambah layanan angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP) dengan mengoperasikan armada bus Rosalia Indah. 

"Kenapa namanya Rosalia. Saya tidak banyak berpikir panjang, karena di hadapan anak saya nomor satu namanya Ana Rosalia. Saya ambil nama Rosalia (Dikasih Indah di belakangnnya)," katanya.

Pada 1991, Rosalia Indah mulai mengubah orientasi layanan bus yang pada awalnya pada layanan AKDP menjadi AKAP. 

"Saya lihat ada peluang yang baik dan menguntungkan saya ambil," ujarnya.

"Saya tidak terlalu banyak berpikir yang tinggi-tinggi, apa yang bisa kita lakukan, apa yang kita lihat, apa yang bisa dilakukan ya saya jalani. Saya tak punya modal hanya punya 29 unit travel," kata Soeroso. 

Dia mengambil cicilan satu bus pada 1991 dan menguntungkan. "Pada era itu pendapatan bus maksimal. Saat itu pendapatan bus satu, cicilan untuk dua bus bisa dilakukan," ujarnya.

Editor : Ditya Arnanta

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network