Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أما بعد أيها المؤمنون :
Marilah kita bertakwa kepada Allah. Karena barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan menjaganya. Kemudian menunjukinya kepada perkara-perkara terbaik dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.
Ibadallah,
Apabila puasa yang Allah wajibkan telah berlalu, maka masih ada amalan-amalan puasa sunat yang bisa kita amalkan. Khususnya sekarang ini di bulan Syawal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam muslim dalam Sahihnya, dari Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian dia ikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, itu seperti puasa sepanjang tahun.”
Dan melaksanakan puasa Syawal adalah tanda di antara tanda-tanda diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena tanda diterimanya kebaikan itu adalah melahirkan kebaikan lainnya. Demikian juga puasa Syawal ini sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Ta’ala yang telah memberi kita taufik untuk melakukan amalan ketaatan di bulan Ramadhan kemarin.
Puasa Syawal ini juga ibarat puasa sunat rawatib yang mengiringi puasa wajib di bulan Ramadhan. Dia ibarat shalat bakdiah yang mengiringi shalat wajib. Apalagi Nabi mengatakan jika digabung dengan puasa Ramadhan, ibarat kita telah melakukan puasa setiap hari selama setahun penuh. Ini benar-benar karunia dari Allah Yang melipat-gandakan balasan kebaikan.
Editor : Ditya Arnanta