SOLO, iNews.id - Keturunan Banjar yang telah menetap lama di Kota Solo punya tradisi turun temurun setiap bulan suci Ramadan.
Setiap bulan Ramadan, keturunan Banjar yang menetap di Kampung Jayengan Kidul RT 3 RW 8, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo ini selalu menyajikan takjil.
Takjil yang dibagikan bukan berupa kue ataupun nasi kotak. Namun mereka membagikan takjil pada masyarakat luas berupa bubur Samin.
Menu khas ini karena hanya di sajikan selama bulan puasa dan di bagikan secara gratis kepada masyarakat sekitar masjid Darussalam maupun masyarakat yang berbuka di dalam masjid.
Ketua Panitia Noor Cholish, mengatakan tradisi membuat dan membagikan bubur Samin khas Banjar sudah dimulai sejak pertama kali Masjid Darusalam berdiri pada tahun 1911 warga Banjar yang merantau ke Solo.
Bubur ini dulunya dibawa oleh para pedagang batu permata dari martapura kalimantan selatan hampir 70 tahun silam.
Mereka sering berkumpul di sekitar masjid ini dan akhirnya betempat tinggal di kampung jayengan hingga sekarang.
Dinamakan bubur samin, ungkap Noor, karena bubur tersebut dibuat dengan menggunakan campuran minyak samin sebagai bumbu penyedap.
"Bubur ini memiliki ciri dan rasa yang khas yakni penambahan bumbu rempah-rempah, minyak samin, daging," jelasnya, Minggu (3/4/2022) sore.
Warga selalu mengantri untuk mendapatkan bubur Samin yang selaku dibagikan keturunan Banjar setiap bulan Ramadan (Foto: Bramantyo/iNews)
"Sekitar 900 porsi dibagikan gratis pada masyarakat, sedangkan 200 porsi untuk buka puasa di masjid,"imbuhnya.
Pantauan Karanganyar.iNews.id, ratusan orang memadati halaman Masjid Darussalam yang termasuk salah satu masjid tertua yang ada di Kota Solo ini.
Sekilas bubur ini tidak berbeda jauh dengan bubur pada umumnya. Yang membedakan adalah bumbu dan isi dari bubur ini yang terdiri dari potongan daging sapi bermacam rempah, dan sayuran serta susu.
Proses memasaknya dilakukan oleh para takmir masjid. Jelang berbuka puasa atau tepatnya sesudah Salat Asar, ratusan orang berdatangan untuk mengantri bubur samin ini. Mereka membawa rantang dan piring untuk di bawa pulang.
Editor : Bramantyo