SOLO, iNewskaranganyar.id - Menandai awal pembuatan film layar lebar berjudul "Cocote Tonggo" dilakukan dengan doa dan pemotongan tumpeng oleh seluruh pemain dan kru film Cocote Tonggo.
Film yang diproduksi Tobali Putra Production dan disutradarai Bayu Skak ini seluruh adegane dilakukan di Kota Solo.
Film yang melibatkan sederet pemain yang sudah punya nama diantaranya, Dennis Adhiswara, Ayushita, Asri Welas, Bayu Skak, Sundari Soekotjo, Ika Dihardjo, Devina Aureel,
Marwoto, Yati Pesek, Maya Wulan, Putri Manjo, Furry Setya, Benidictus Siregar,
Firza Valaza, Tatang Gepeng, Ellea, Brilliana Arfira, Delano Daniel, Intan Soekotjo, menceritakan pasangan suami istri yang berprofesi sebagai penjual jamu kesuburan.
Namun,meski berprofesi sebagai penjual jamu kesuburan, keduannya belum dikarunia anak. Meskipun pasangan ini sangat mendambakan anak.
Agar tak jadi bahan omongan, penjual jamu kesuburan sendiri belum punya anak, meski jamu yang dijual jamu kesuburan, mereka lantas berpura-pura hamil.
"Nah, pasti akan ada cocote tonggo atau jadi bahan omongan tetangga, ini yang seru dan related dengan kehidupan bertetangga lalu kita bawa ke dalam film," papar Bayu Skak dalam jumpa pers di Sumber, Solo, Sabtu (31/8/2024).
Alasan lain, mereka rela berpura-pura hamil agar bisa mempertahankan pamor toko jamu kesuburan turun-temurun keluarga dari cibiran tetangga.
film kolaborasi SKAK Studio dan Tobali Film ini benar-benar menggambarkan kehidupan bertetangga.
Seluruh lokasi pengambilan gambar film Cocote Tonggo ini semuanya di daerah Solo yaitu kawasan Laweyan dan Lokananta.
Bahkan seluruh pemain akan menggunakan dialog Bahasa Jawa Mataraman khas
Solo.
Bayu memilih kota solo sebagai sumber inspirasi film agar memiliki benang merah dari karya SKAK Studio sebelumnya. SKAK Studio yang sejak berdirinya mengusung konsep lokadrama (serial) yang menggunakan pemain putra-putri daerah atau kita meyebutnya dengan lokatalenta.
Meskipun seluruh pemain film Cocote Tonggo ada juga yang berasal dari luar Jawa. Sehingga keberagaman para pemain inilah diakui Bayu menjadi tantangan tersendiri.
"Itulah tantangannya bagi kami, di sini (aktor) berasal dari berbagai daerah campuran, Jakarta, Semarang, Malang, Yogyakarta semuanya belajar dialek Solo. Tapi, alur film komposisinya tetap 60 persen bahasa Jawa, 40 persen bahasa Indonesia," jelas sineas Yowis Ben tersebut.
Editor : Ditya Arnanta