GARUT,iNewskaranganyar.id - Sebuah video yang menggamarkan Jemaah sebuah Mushola di Kampung Maningkut, Desa Banjarwangi, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut terpaksa berwudu menggunakan air keruh mendadak menjadi ramai setelah diunggah ke medsos.
Dalam unggahan video yang diunggah akun Instagram @husnicahyagumilar ini terlihat air ini berada pada sebuah kolam kecil dangkal yang terletak dekat dengan pintu masuk Mushola.
Tak hanya digunakan untuk berwudu, air itu juga tampak dipakai jemaah lainnya untuk mencuci kaki dengan cara merendamkannya ke kolam sebelum memasuki Mushola.
Air tersebut berasal dari mata air yang dihubungkan melalui talang bambu. Air di kolam ini sebenarnya tidak keruh jika di musim kemarau. Namun penggunaan kolam untuk berwudu, berkumur, dan merendamkan kaki di saat yang bersamaan tetap membuat air menjadi keruh.
Jika musim hujan, air di kolam ukuran dua kulah ini menjadi sangat kecokelatan karena bercampur tanah. Sebab saluran menuju ke musala mesti melewati selokan. Tidak ada pilihan, warga tetap berwudu kendati air kotor. Mereka berkumur-kumur, membasuh muka, mencuci tangan dan kaki.
Hal tersebut tergambar dalam video yang diunggah akun Instagram @husnicahyagumilar, seorang konten kreator asal Banjarwangi.
"Jika musim kemarau, air ke musala ini habis di jalan. Kalau tidak, air yang mengalir sangat kecil," ujar Husni Cahya Gumilar saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (1/3/2023).
Husni Cahya Gumilar mengatakan, jarak dari sumber air ke musala sekitar 300 meter. Selain digunakan berwudu, warga setempat kerap mengkonsumsi air tersebut untuk diminum.
"Biasanya warga menampung air untuk minum ketika kondisi air masih jernih. Jadi mereka memiliki stok air bersih disaat musim hujan seperti sekarang. Mereka menyimpannya di ember, kompan atau jeriken," katanya.
Menurut pria yang berprofesi sebagai guru itu, kebiasaan para jemaah berwudu di kolam ini sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya.
"Melihat bangunan Mushola yang sudah lapuk, sebagian tembok rusak dan platformnya yang menghitam, diperkirakan warga di sini sudah lama menggunakan fasilitas wudu di kolam," paparnya.
Di Mushola yang dapat menampung sekitar 20 jemaah tersebut, lanjutnya, masyarakat sekitar belum mampu membangun tempat wudu yang memadai.
"Mereka mengharapkan fasilitas ibadah yang lebih baik dan nyaman," ungkap Husni Cahya Gumilar.
Jika memiliki cukup dana, warga pengurus musala ini akan merenovasi tempat wudu tersebut agar menjadi lebih baik, seperti pemasangan slang untuk dihubungkan ke mata air, memasang beberapa kran air sebagai tempat berwudu, menutup sebagian kolam, hingga membuat jamban. Namun, keterbatasan biaya menghambat sejumlah rencana ini.
"Beberapa waktu lalu, sebelum puasa Ramadhan tahun ini, sempat ada yang menitipkan fidyah. Saya ingat ke musala ini yang membutuhkan renovasi tempat wudu dan jamban," ujarnya.
Ia memaparkan, banyak sarana ibadah di daerah Banjarwangi masih tertinggal jauh dengan masjid lain yang ada di Kabupaten Garut. Apalagi di wilayah pedalaman sebagian tempat ibadah berupa tajug panggung.
"Banyak sekali tajug yang sudah rusak dengan fasilitas wudu yang belum dikatakan layak," ucapnya.
Aktivitas warga saat bersuci di musala ini pun ditanggapi beragam komentar dari netizen. Beberapa di antara mereka menyayangkan penggunaan air yang dilakukan secara bersamaan saat bersuci sebelum beribadah.
"Mohon maaf bukannya saya sok bersih, tapi kalo untuk wudhu ketimbang itu air di bambu ngalir terus kenapa gak wudhu pake air yg mengalir itu saja," tulis akun so*****.
Hal yang sama disampaikan akun lusi***. Ia mengatakan, "Basuh kaki buat kumur.. airnya keruh."
"Kena kaki orang buat kumur jg," sahut akun chi***
***
Editor : Ditya Arnanta