Ia mengatakan dengan adannya laboratorium ini, lanjut Brasto, diharapkan bisa memudahkan proses pengembangbiakan dan konservasi tanaman langka di Tahura. Salah satunya tanaman anggrek lawu.
"Dengan laboratorium kultur jaringan ini, tanaman seperti anggrek atau lainnya bisa lebih cepat dan lebih banyak berkembang biak khususnya untuk anggrek lawu yang memang anggrek langka,"terangnya.
Agar laboratorium yang didirikan ini berjalan sesuai dengan tujuan awal, PT Pertamina Patra Niaga DPPU Adi Soemarmo ini pun, ungkap Brasto, juga memberikan pelatihan terkait konservasi dan budidaya tanaman kepada 2 kelompok tani hutan di sekitar Tahura.
Sehingga selain mampu mengembangkan tanaman anggrek lawu serta tanaman langka lainnya, wisata hutan serta mitigasi bencana untuk jangka panjang itupun bisa tercapai.
"Karena di sini adalah lokasi konservasi untuk pendidikan penelitian dan juga wisata, kami juga punya program mitigasi bencana dan keanekaragaman hayati. Untuk itulah kerjasama ini melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH) dan juga pihak ketiga yakni peneliti dari Yayasan Generasi Biologi Indonesia (Genbi),"paparnya.
"Yang mana ada penerima manfaat yakni petani dan ada peneliti dari Genbi serta penggagas dan pemrakarsa sekaligus pensupport dari PT Pertamina Patra Niaga DPPU
Adi Soemarmo,"terang Brasto Galih.
Sementara itu Kepala Balai Tahura KGPAA Mangkunegoro 1 Yuni Kusumodewi menyampaikan keberadaan laboratorium kultur jariangan merupakan kali pertama dimiliki balai tahura KGPAA Mangkunegoro 1.
Pihanya sangat mengapresiasi program konservasi tanaman langka dan budidaya tanaman hutan yang dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga DPPU Adi Soemarmo. Karena dengan adanya laboratorium kultur jariangan sangat membantu untuk proses pembelajaran tentang pengembangbiakan serta konservasi bibit di area tahura.
"Alhamdulillah bukan hanya bermanfaat buat Tahura tapi juga Insya Allah bermanfaat buat daerah kawasan penyangga sini dan masyarakat sekitar," katanya.
"Ini juga kita baru pertama kali punya laboratorium dan kita ini memang baru belajar untuk perbanyakan bibit melalui teknik kultur jaringan,"imbuhnya.
Sedangkan Pendiri Genbi Muhammad Badru Tamam mengakui kalau julukan Gunung Lawu sebagai apotik hidup dikarenakan di lereng Gunung Lawu banyak ditemukan spesies tanaman langka itu memang benar adannya.
Namun untuk memastikan katagori tanaman ini harus dilakukan dengan penelitian terus menerus yang di mulai dari tahap identifikasi tanaman yang jumlahnya hingga 700 tanaman serta langkah budidaya.
Adapun keberadaan laboratorium kultur jaringan sangat penting untuk menjadi wahana budidaya anggrek termasuk anggrek lawu mengingat kharakter tanaman anggrek tidak bisa berkembang sendiri melainkan butuh sentuhan manusia.
"Maka keberadaan laboratorium kultur jaringan di Tahura berperan vital sebagai sarana pengembangan tanaman unik dan langka,"terangnya. ***
Editor : Ditya Arnanta