Saat itu, harga susu hanya dibanderol rendah seiring kualitasnya yang kurang baik. Namun, peternak lantas berlomba-lomba meningkatkan kualitasnya agar dapat dibeli Cimory dengan harga yang tinggi.
Untuk memastikan kualitas produknya baik, Cimory kemudian menggandeng perusahaan asing yang telah memiliki reputasi baik di bidang yang sama. Selain itu, jarak antara pabrik dan peternakan sengaja dibuat berdekatan seperti pabrik-pabrik di Eropa agar susu tetap segar.
Di bawah Macro, PT Cimory fokus kepada pengolahan susu hingga tahap pengemasan. Sementara itu, anak usaha Macro lainnya, PT Macrosentra Niagaboga, mengurus distribusi dan pemasaran ke pihak luar.
Seiring berjalannya waktu, Cimory memiliki sebuah pusat yang terletak di Jalan Raya Puncak KM 77 Cisarua. Di sini, wisatawan dapat mendapatkan edukasi seputar proses pembuatan dan membeli produk Cimory.
Meski berkantor pusat di Jakarta, Cimory juga memiliki sejumlah pabrik yang tersebar di Pulau Jawa. Untuk rantai distribusi, Cimory telah menjangkau Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, hingga Kalimantan.
Saat ini, Cimory menjadi salah satu merek terkenal di Indonesia dan mengantarkan Bambang menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Forbes mencatat, kekayaan Bambang mencapai USD1,5 miliar atau setara dengan Rp21,45 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS).
Berita ini sebelumnya telah tayang di iNews.id dengan judul "Kisah Sukses Bambang Sutantio, Bos Cimory yang memulai bisnis dari Garasi"
Editor : Ditya Arnanta