Disadur iNewskaranganyar.id dari laman keraton.perpusnas.go.id, yang mengutip dari buku Babad Sala karya Raden Mas (RM) Said yang dikenal sebagai Adipati Mangkunegaran atau Mangkunegara I mengisahkan bila Kebo ini merupakan hadiah dari Bupati Ponorogo Kyai Hasan Besari Tegalsari saat itu pada Pakubuwono II saat mengungsi ke Ponorogo. Pada zaman Keraton Mataram kuno.
Kala itu, Pakubuwono II masih tinggal di Keraton Kartosuro. Pakubuwono II terpaksa mengungsi ke Ponorogo karena kondisi Keraton Kartosuro yang tengah bergejolak akibat geger pecinan.
Setelah geger pecinan berhasil ditumpas, dan Keraton Kartosuro berhasil direbut kembali, Pakubuwono II inipun membawa hadiah dari Bupati Ponorogo kembali ke Keraton kartosuro. Kebo bule juga memiliki andil dalam menentukan lokasi baru untuk keraton.
Karena Keraton Kartosuro telah lululantak saat geger pecinan, leluhur kebo bule inipun dilepas. Mereka diikuti oleh para abdi dalem. Singkat cerita, kebo bule itu berhenti di lokasi yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.
Nama Kyai Slamet sendiri sebenarnya merupakan nama dari salah satu pusaka berbentuk tombak milik Keraton Kasunanan yang sering dibawa berkeliling tembok Baluwarti oleh Pakubuwono X. Saat kirab keliling tembok Keraton, Pakubowono X selalu ditemani Kebo Bule yang mengikuti di belakangnya.
Karena rutinitas yang kerap dilakukan inilah kemudian berubah menjadi sebuah tradisi yang terus dilestarikan oleh kerabat keraton hingga saat ini.
Editor : Ditya Arnanta