get app
inews
Aa Read Next : Presiden Jokowi dan Wali Kota Benyamin Serahkan Bantuan Pangan di Tangsel

5 Fakta Hantu Laut, Denjaka Pasukan Elit TNI AL yang Ikut Kawal Jokowi ke Rusia-Ukraina

Minggu, 26 Juni 2022 | 09:03 WIB
header img
Denjaka Pasukan elit TNI AL salah satu pasukan yang akan mengawal kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Rusia (Foto: iNews.id)

JAKARTA, iNews.id - Presiden Jokowi bakal mengunjungi dua negara yang saat ini tengah berkonflik yaitu Rusia dan Ukraina.

Kunjungan orang nomer satu di Republik Indonesia ini bakal dikawal pasukan elit TNI yang ada di Paspampres.

Salah satu tim pasukan elit TNI yang akan mengawal perjalanan Presiden Jokowi pada akhir Juni 2022 nanti adalah Denjaka. Denjaka merupakan singkatan dari Detasemen Jala Mengkara.

Tim ini bertugas memastikan keselamatan menjaga Jokowi ketika bertemu dengan dua presiden negara yang sedang bertikai, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) Mayjen Tri Budi Utomo mengatakan, pihaknya menerjunkan 39 personel untuk mengawal Jokowi dalam lawatannya ke Rusia dan Ukraina.

Mereka dibagi dalam tiga tim, yakni tim pendahulu (advance), tim utama (main group), dan tim penyelamatan.

"Alhamdulillah kami juga tidak terlalu khawatir karena Paspampres ini ada dari Kopassus, Denjaka , dan Paskhas (Kopasgat). Alhamdulillah kami percaya diri," kata Tri Budi Utomo kepada wartawan di Jakarta, Kamis (23/6/2022).

Kepercayaan diri Danpaspampres tentu bukan pernyataan kosong. Sebab, personel yang terlibat dalam pengamanan Jokowi merupakan pasukan elite TNI yang memiliki kemampuan khusus dalam pengintaian, pertempuran, antisabotase, hingga antiteror.

Pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) ini memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase serta kemampuan klandestin aspek laut.

Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tertanggal 13 November 1984.

Cikal bakalnya adalah Pasukan Khusus AL (Pansusla) yang dibentuk oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) pada 4 November 1982 untuk menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut.

Berdasarkan Peraturan KSAL Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penataan Organisasi Detasemen Jala Mengkara Korps Marinir, kedudukan Denjaka berada di bawah tiga pihak sekaligus.

Dalam hal pembinaan kemampuan dan kekuatan yang bersifat umum bertanggung jawab kepada Dankormar, dalam hal pembinaan kemampuan yang bersifat khusus bertanggung jawab kepada Kabais TNI.

Sedangkan untuk penggunaan kekuatan dan kesiagaan operasional unsur-unsurnya bertanggung jawab kepada Panglima TNI.

Berikut ini fakta-fakta tentang Denjaka yang penting diketahui:

1. Berawal dari 70 Prajurit

Seperti diketahui, Denjaka merupakan pengembangan dari Pansusla yang dibentuk oleh KSAL pada 1982.

Pada tahap awal, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Pansusla di bawah komando dan pengendalian Panglima Armada Barat (Armabar).

Melihat perkembangan dan kebutuhan, KSAL kemudian menyurati Panglima TNI yang intinya ingin membentuk Detasemen Jala Mengkara. Permohonan itu kemudian disetujui.

2. Pendidikan Super Berat

Mengutip artikel berjudul Pasukan Elite TNI Bergerak Secepat Angin yang dilansir situs resmi TNI pada 28 November 2005, setiap prajurit Denjaka wajib mengikuti pendidikan Penanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL) kurang lebih selama 5,5 bulan.


Fakta pasukan elit TNI AL yang tak diketahui publik (Foto: iNews.id)

Dalam kursus yang digelar di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, calon anggota Denjaka diberikan materi intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar spesialisasi, hingga komando kelautan.

Selebihnya pendidikan dilakukan di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Calon Denjaka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang kerap menghanyutkan perahu nelayan.

Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.

Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun kecuali garam.

Mereka dituntut memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan. Di dalam hutan, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan dalam waktu berhari-hari.

Tak jarang mereka harus memakan binatang liar untuk bertahan hidup, seperti ular, monyet, dan lain sebagainya.

Untuk latihan udara, prajurut Denjaka dilatih terjun bebas. Latihan terjun bebas itu tidak hanya dilakukan siang hari tapi juga tengah malam.

Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan.

Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh. Atas kemampuan tersebut, Denjaka pun dijuluki sebagai pasukan Hantu Laut.

3. Memiliki IQ Tinggi

Selain harus memiliki ketahanan fisik yang mumpuni, prajurit Denjaka adalah seorang yang cerdas atau ber-IQ tinggi.

Mereka dituntut untuk cepat mengambil keputusan dan tindakan dengan menyesuaikan situasi di lapangan. Saat pendidikan, mereka diberikan teori di kelas hanya 20%, selebihnya latihan di lapangan.

Itulah mengapa dari sekian banyak yang mengikuti pendidikan calon prajurit Denjaka, hanya sedikit yang lulus.

Konon, setiap tahun hanya 50 orang saja yang lulus dari berbagai jenis ujian. Karena kemampuan yang dimiliki, prajurit Denjaka disebut setara dengan 12 prajurit tempur biasa.

4. Dibekali Senjata Khusus

Untuk mendukung operasi yang dilakukan, prajurit Denjaka juga dibekali dengan senjata dari berbagai jenis.

Antara lain submachine gun MP5, HK PSG1, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, M4, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta, dan HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.

5. Semboyan Satya Wira Dharma

Prajurit Denjaka memiliki semboyan khusus, yakni Satya Wira Dharma. Semboyan ini berarti janji seorang ksatria untuk melindungi harkat dan martabat keluarga, agama, nusa, bangsa, dan masyarakat.

Karena itu, selain operasi kemiliteran, Denjaka juga kerap dilibatkan dalam kegiatan kemanusian.

Salah satunya adalah pencarian pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Pesawat ini mengangkut 62 orang yang terdiri dari enam kru, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.

Dalam pencarian tersebut Korps Marinir mengerahkan 17 personel Denjaka di bawah pimpinan Kapten Marinir Haryono dan 14 Personel Taifib di bawah pimpinan Lettu Marinir Sofy Rahmadani dengan membawa peralatan selam, GPS, Sonar Set, Radio bawah air, Sea Reader, Perahu Karet dan peralatan pendukung lainnya.

Editor : Ditya Arnanta

Follow Berita iNews Karanganyar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut