SOLO,iNews.id – Perubahan tiket masuk Candi Borobudur mendapatkan reaksi beragam dari masyarakat Indonesia.
Terutama dari kalangan pelaku industri pariwisata Yogyakarta sendiri yang memprotes keras kenaikan tarif masuk ke kawasan Candi Borobudur.
Dimana, untuk wisatawan lokal tarif masuk ke Candi yang masuk kedalam tujuh keajaiban dunia ini sebesar Rp 750 ribu dan Wisman sebesar 20 dolar AS per orang.
Sehingga dikhawatirkan akan menurunkan daya saing pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya.
Namun dibalik semua itu banyak misteri yang belum terungkap terkait awal mula keberadaaan bangunan candi Borobudur yang menjadi salah satu peninggalan peradapan dunia yang fenomenal.
Masih banyak menyisakan Tanya dibenak semua orang, terkait bagaimana bangunan candi dibuat, dari mana asal batunya, bagaimana cara membawanya hingga ke atas bukit. Seperti apa dulunya lokasi di sekitar Borobudur.
Borobudur sendiri di bangun di lokasi yang memang istimewa juga strategis. Diapit oleh bebarapa pasang gunung. Sebelah timur ada Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur.
Sebelah selatan diapit oleh Gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Juga di kelilingi Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu juga berada diantara 2 sungai, yakni Sungai Progo dan Elo.
Muncul Kembali Setelah Ribuan Tahun Menghilang
Berbagai sumber sejarah menyebutkan sekitar tahun 1006 gunung Merapi meletus hebat dan laharnya diduga menutupi seluruh bangungan candi hingga ribuan tahun lamanya menghilang di telan bumi.
Sampai akhirnya tahun 1814 Candi Borobudur kembali “muncul” di sebuah bukit di desa Budur, Magelang Jawa Tengah. Sebelumnya Borobudur juga sudah di sebut dalam naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, yang bertuliskan ada sebuah bangunan vihara yang di dirikan di desa Budur.
Candi Borobudur (Foto: doc. Sindonews)
Terkuburnya candi Borobudur juga diperkuat dengan prasasti Prasasti Kalkutta yang di dalamnya bertuliskan ‘Awama’ yang memiliki arti lautan susu. Sehingga ada kemungkinan ‘Awama’ itulah bisa berarti lahar Merapi yang kemudian menutupi Borobudur.
Saat pertama ditemukan masih berupa reruntuhan oleh HC Cornelius yang menemukan dasar candi. Kemudian dilanjutkan oleh Hartmann pada tahun 1814. Pemugaran kedua pada tahun 1907-1911 oleh Theodorus van Erp hingga bentuknya seperti yang terlihat saat ini megah dan istimewa.
Masih banyak misteri yang perlu di kaji oleh para ahli, sebelumnya ada yang menyebut bahwa berdasarkan leganda Borobudur dulunya sebuah danau purba. Diibaratkan Borobudur di bangun layaknya sebagai bunga teratai yang mengembang di danau.
Van Bemmelen dalam bukunya “The Geology of Indonesia” menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah membuat danau purba itu kering tertutup abu vulkanik Merapi.
Hasil penelitian geologi juga menemukan sumur di beberapa titik lokasi di sekitar candi airnya asin. Bahkan peneliti asing dari Jepang juga tertarik untuk meneliti dugaan adanya danau purba di sekitar Borobudur. Diantaranya melakukan penelitian sungai yang berada di sekitar Borobudur, termasuk Sungai Progo dan Elo.
Borobudur, Bangunan yang Sempurna Dari Kajian Arsitekturnya
Berdasarkan penelitian tim ahli, banyak yang kagum dengan arsitektur bangunan Candi Borobudur. Pasalnya bangunan candi berbeda dari bangunan-bangunan yang ada di seluruh dunia. Sampai saat ini belum ada jawaban bagaimana bisa dari segi arsitekturnya bisa mendirikan bangunan seperti Borobudur.
Candi Borobudur berbentuk punden berundak dan hingga saat ini masih menjadi misteri bagaimana candi ini dulunya di bangun. Bahkan para ahli belum sanggup memecahkan misteri keunikan Borobudur yang mendunia.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait