KARANGANYAR, iNews.id - Sebenarnya, bagaimana bentuk wujud Bumi yang sesungguhnya bila dilihat dari penjelasan Alquran dan Sains? Perdebatan bentuk Bumi bundar atau datar sempat menjadi perbincangan menarik beberapa waktu lalu.
Dalam buku Tafsir Ilmi 'Penciptaan Bumi dalam perspektif Alquran dan Sains' yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan mengenai anatomi Bumi yang mencakup bahasan tentang bentuk, ukuran dan struktur Bumi.
Terkait dengan hal ini, manusia bisa menelitinya secara mandiri, baik secara empirik maupun melalui pemikiran mendalam, yakni pemikiran dengan metode deduktif, analogi maupun perbandingan.
Sementara di dalam Alquran, Allah berfirman pada salah satu ayat:
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui," (QS. Al-Baqarah: 22).
Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah membuat Bumi sebagai hamparan yang luas tempat kehidupan manusia dan berbagai makhluk-Nya dengan langit sebagai atapnya.
Allah juga menurunkan hujan dari langit yang selanjutnya menumbuhkan berbagai macam tumbuhan serta menghasilkan beragam sayur dan buah-buahan.
Kata 'firasyan' pada Surah Al-Baqarah Ayat 22 itu memiliki arti membentangkan. Kata tersebut berkedudukan sebagai maf'ul mutlaq. Maksudnya ialah Allah menjadikan permukaan Bumi sebagai kasur atau bentangan yang luas.
Lebih lanjut buku Tafsir Ilmi ini mengungkapkan mengapa Bumi bisa dianggap datar. Oleh karena Bumi merupakan hamparan luas dan meski bentuknya mendekati bundar seperti bola, tetapi karena sangat besar dibanding ukuran manusia, maka permukaannya tampak datar dan luas terhampar.
Allah menjadikan permukaan Bumi sebagai bentangan yang luas. Dengan permukaan yang luas tersebut, permukaan Bumi bak hamparan dan tidak terasa lengkungannya.
Seperti diketahui, manusia pada umumnya menempati wilayah-wilayah dataran, baik tinggi maupun rendah, dan dataran yang subur.
Daerah-daerah dataran tersebut terbentuk melalui proses geologi dalam kurun waktu yang sangat panjang, hingga jutaan tahun dalam ukuran manusia.
Proses bisa dimulai dari pembentukan pegunungan. Seiring dengan itu, proses pelapukan dan erosi terjadi untuk kemudian berlanjut ke proses pengendapan. Material-material hasil pelapukan dan erosi dihamparkan dan diendapkan di dataran yang lebih rendah.
Penjelasan mengenai bentuk Bumi juga dapat dilihat dari salah satu ayat Alquran berikut.
خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۚ يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى الَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ يَّجْرِيْ لِاَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اَلَا هُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ
"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun," (QS. Az-Zumar: 5).
Ayat ini memberi isyarat tentang sifat Bumi, bentuk sekaligus geraknya. Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah menutupkan malam atas siang dan siang atas malam. Andaikan Bumi sebagai hamparan dan matahari yang mengelilingi hamparan Bumi (seperti dalam konsep lama), yang terjadi daerah siang akan serempak seluruh Bumi, demikian juga daerah malam.
Ibarat lampu senter disorotkan mengelilingi sekeping uang logam, gelap dan terang berlangsung mendadak. Ayat itu menjelaskan siang ditutupkan atas malam dan malam atas siang. Artinya, ada proses peralihan yang sifatnya gradual, sedikit demi sedikit.
Hal ini hanya dapat dijelaskan bila Bumi berbentuk seperti bola dan berotasi di hadapan matahari. Dengan demikian, bagian yang menghadap matahari merupakan daerah siang dan bagian yang membelakangi matahari merupakan daerah malam.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait