MEDAN, iNewskaranganyar.id - Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini salah satu danau alami berukuran besar di Indonesia. Danau ini memiliki panjang 100 kilometer (62 mil), lebar 30 kilometer (19 mi), dan kedalaman 508 meter (1.667 ft).
Dikutip dari Wikipedia, Danau Toba terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung berapi Letusan itu tersebut terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu. Letusan ini merupakan letusan eksplosif terbesar di Bumi dalam 25 juta tahun terakhir.
Seiring perkembangan jaman, Danau Toba Toba menjadi destinasi wisata perairan di Sumatra Utara yang begitu terkenal akan keindahannya hingga menjadi salah satu ikon pariwisata alam Indonesia.
Namun dibalik keindahannya, Danau Toba juga menyimpan sejumlah mitos yang dipercaya oleh warga setempat dan cukup menyebar dari mulut ke mulut. Penasaran?
Berikut ini lima mitos Danau Toba!
1. Ikan Mas Raksasa
Masyarakat setempat percaya bahwa Danau Toba terbentuk dari sebuah urban legend mengenai sosok pria bernama Toba, wanita cantik yang dikutuk menjadi ikan mas, serta anak mereka yang bernama Samosir.
Singkat cerita, wanita cantik jelita yang menjadi istri pria bernama Toba kembali menjadi ikan mas usai sang suami melanggar sumpah dan janji mereka, dan menyebabkan letusan gunung serta hujan badai hingga akhirnya membentuk perairan Danau Toba seperti saat ini.
Meskipun mitos, namun keberadaan Ikan Mas ini disebut benar-benar ada lho berdasarkan pengakuan nelayan setempat. Bahkan konon ikan mas raksasa berwarna peruntgu itu disebut-sebut menjadi penyebab kejadian tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di tahun 2018 yang sempat menghebohkan itu, karena kapal yang disundul oleh sang ikan hingga terbalik.
2. Salam ‘Santabi Oppung’
Setiap tempat terlebih alam terbuka dipercaya memiliki ‘penghuni’ nya. Hal ini juga berlaku di Danau Toba, yang mana masyarakat setempat sampai punya salam khusus yakni ‘Santabi Opung’.
Salam ini merupakan bentuk tata krama yang bertujuan untuk memastikan bahwa kita meminta ‘izin’ mampir ke wilayah yang mereka diami, supaya para makhluk tak kasat mata ini merasa tidak terganggu dan lantas tidak mengganggu manusia.
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait