BONDOWONGSO, iNewskaranganyar.id - Gunung Raung memiliki ketinggian 3.344 mdpl. Gunung Raung termasuk gunung berapi berbentuk kerucut yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Secara administratif, kawasan gunung ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di wilayah Besuki, Jawa Timur, yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.
Seperti dikutip iNewskaranganyar.id dari Wikipedia, secara geografis, lokasi gunung ini berada dalam kawasan kompleks Pegunungan Ijen dan menjadi puncak tertinggi dari gugusan pegunungan tersebut.
Dihitung dari titik tertinggi, Gunung Raung merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno, serta menjadi yang tertinggi keempat di Pulau Jawa.
Sama seperti Gunung lainnya di Pulau Jawa, Gunung Raung inipun kental dengan kisah mistis didalamnya. Keangkeran Gunung Raung tampak dari nama-nama pos pendakiannya yang menyimpan berbagai kisah misteri dan memiliki sejarahnya sendiri-sendiri, seperti Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit, dan Pondok Angin.
Menurut cerita masyarakat sekitar, pos pendakian Pondok Sumur memiliki sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada hingga kini, namun tidak dapat dilihat kasat mata.
Para pendaki yang kerap berkemah di kawasan ini mengaku kerap mendengar suara derap kaki kuda yang melintas di belakang tenda.
Tetapi saat dilihat ke belakang, tidak ada apa-apa. Sedangkan Pondok Demit dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat jual-beli para lelembut atau Pasar Setan. Pada hari-hari tertentu, di kawasan ini suka terdengar keramaian seperti dalam pasar dengan alunan musik.
Lokasi pasar setan terletak di sebelah timur jalur atau lembah dangkal yang hanya dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu. Bagi orang-orang tertentu, lokasi ini kerap dijadikan tempat pesugihan.
Pos selanjutnya adalah Pondok Mayit. Sejarah pos ini sangat menyeramkan. Konon katanya, di kawasan ini pernah ditemukan sesosok mayat menggantung di pohon.
Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh para pejuang. Sementara pos Pondok Angin yang berada di puncak bukit merupakan pos yang sangat dinanti para pendaki.
Dari pos ini, para pendaki bisa melihat pemandangan alam pegunungan dan gemerlap Kota Bondowoso dan Situbondo yang sangat indah. Saat cuaca sedang mendung, dari pos ini juga bisa terlihat sambaran kilat di kota.
Pemandangan yang sangat indah ini cocok bagi mereka yang mencintai seni fotografi. Di balik keindahannya itu, angin yang bertiup di wilayah ini sangat kencang hingga suaranya terdengar maraung-raung.
Saking kencangnya angin, para pendaki bisa terpental hingga ke dasar jurang yang terjal. Misteri yang menyelimuti pos Pondok Angin adalah derap kaki suara kuda dari kereta kencana yang kerap terdengar di kawasan ini.
Konon, pondok Angin ini merupakan pintu gerbang masuk ke kerajaan gaib itu. Misteri yang tidak kalah menyeramkan berada di barat kaldera Gunung Raung yang merupakan perbukitan terjal.
Di kawasan ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai Kerajaan Macan Putih yang merupakan singgasana Pangeran Tawangulun. Kerajaan Macan Putih berdiri saat gunung ini meletus tahun 1638.
Pusatnya terletak di puncak Gunung Raung. Kerajaan itu dipimpin oleh Pangeran Tawangulun yang merupakan salah satu anak raja di Kerajaan Majapahit yang hilang saat bertapa. Masyarakat sekitar percaya, Kerajaan Macan Putih masih ada hingga kini.
Beberapa kali, bahkan kerajaan ini melangsungkan upacara pernikahan. Saat upacara dilangsungkan, hewan milik warga banyak yang mati mendadak.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, hewan-hewan itu bukan mati tanpa sebab, tetapi dijadikan upeti bagi para penguasa Kerajaan Macan Putih yang hilang tanpa jejak ke alam gaib atau moksa.
Masyarakat juga percaya bahwa Kerajaan Macan Putih sesekali tampak, terutama di malam Jumat kliwon ke alam nyata untuk beberapa maksud dan tujuan.
Dalam beberapa kepercayaan masyarakat disebutkan, Pangeran Tawangulun merupakan salah satu suami dari Nyai Roro Kidul. Setiap malam jumat, saat Kerajaan Macan Putih menampakkan dirinya ke alam nyata, Nyai Roro Kidul mengunjungi suaminya.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait