SOLO, iNewskaranganyar.id - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak para perserta Muktamar untuk intropeksi yang diajukan dalam tiga pertanyaan saat pidato Iftitah saat sidang 2 di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS, Sabtu sore, 19 November 2022.
Haedar menyelesaikan pidato iftitah dalam waktu sekitar 20 menit. 10 menit pertama, Haedar Nashir melalui mimbar panggung sidang muktamar, dalam pandangannya mengatakan Muhammadiyah tumbuh berkembang menjadi kekuatan strategis bangsa tingkat nasional dan internasional.
“Muktamar Muhammadiyah kali ini dilaksanakan bersamaan dengan MIlad 110 tahun yang jatuh pada hari kemarin ketika kita melaksana tanwir Muhammadiyah (Minggu, 6 November),” papar Haedar.
Ia mengatakan usia 110 tahun merupakan perjalanan panjang dan Muhammadiyah menjadi satu-satunya organisasi Islam tertua yang masih bertahan menjadi organisasi terbesar.
“Kesyukuran kita itu tentunya harus kita jadikan modal strategis kita melangkah ke depan menjadi lebih baik lagi sehingga Muhammadiyah dalam mengembangkan misi dakwah dan tajdid menjadi kekuatan yang lebih berkualitas bahkan unggul dalam berbagai aspek kehidupan yang jadi bidang garap,” kata Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.
Haedar Nashir mengatakan, ada pertanyaan besar yaitu bagaimana spirit Muhammadiyah mengemban misi Waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya"murụna bil-ma'rụfi wa yan-hauna 'anil-mungkar sekaligus juga membangun khoiru ummah yang menjadi cita-cita Muhammadiyah dapat diformulasikan untuk mewujudkan masyarkat Islam yang memberi rahmat semesta alam.
“Gerak kemajuan ini tentu jadi agenda kita untuk bermuhasabah, berintrospeksi bagaimana dalam usia 110 tahun kita bisa mengagregasikan kemajuan dan etos kemajuan yang sudah kita miliki dan pada saat yang sma kita tahu kekurangan dan kelemahannya,"ungkapnya.
"Kita sudah cukup untuk mendaftar kemajuan-kemajuan yang kita peroleh dan itu bentuk dari tasyakur kita,” imbuh Dosen Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Haedar Nashir mengatakan, sekarang Muhammadiyah menghadapi dinamiki baru dalam kehidupan manusia di tingkat global maupun dinamika internal dari wilayah, daerah cabang dan ranting yang memiliki kondisi beragam.
“Pertama, kita bisa bertanya apakah jamaah di ranting, kawasan masjid, mushala dan pengajian dan berbagai aktifitas keagamaan dan kemasyarakatan di masyarakat lingkungan Muhammadiyah yang ada masih tergarap dengan baik bahkan semakin baik atau mengalami stagnasi bahkan kita teralienasi dari dinamika yang terjadi,”katanya.
Menurut Haedar Nashir, pertanyaan tersebut penting untuk menjadi bahan renungan seluruh muktamirin agar bisa mengetahui kondisi yang dimiliki di tingkat basis akar rumput.
Kedua Muktamar yang lalu, Muhammadiyah punya program bagus yaitu dakwah komunitas sebagai mata rantai dakwah kultural bahkan lebih ke belakang lagi satu mata rantai dari gerakan jamaah dan dakwah jamaah tahun 1968.
“Pertanyaan kita apakah dakwah komunitas kita yang telah jadi keputusan muktamar itu betul betul jadi program terlaksana di tempat kita maisng-masing. Bahkan syukur kalau ada model dari kawasan ranting, cabang dan daerah serta kawasan yang memiliki best practice dari program gerakan jamaah dan dakwah jamaah,”jelas Haedar Nasir kandidat kuat Ketum PP Muhammadiyah periode ini.
Disampaikan Haedar Nashir, ketika saat ini warga Muhammadiyah ketika pergi ke daerah atau cabang-cabang masih suka mendengar, ada masjid tidak tergarap bahkan ada yang pindah tangan ke tempat pihak lain, maka anggota Muhammadiyah perlu bertanya seberapa jauh dakwah komunitas itu berjalan.
Dua pertanyaan ini saja sudah cukup menjadi bahan refleksi kita ditengah apa yang kita sebut dinamika kemajuan dan prestasi yang kita alami,”jelasnya.***
Editor : Ditya Arnanta
Artikel Terkait