Heboh di Google Review, Restoran Legendaris Solo Gunakan Minyak Nonhalal
SOLO, iNewskaranganyar. id - Heboh di Google Review, Restoran Legendaris Solo Gunakan Minyak Nonhalal
Masyarakat Solo dan warganet dihebohkan oleh kabar bahwa restoran ikonik Ayam Goreng Widuran, yang sudah beroperasi sejak 1973, ternyata menggunakan bahan nonhalal dalam beberapa menunya.
Temuan ini baru terungkap setelah puluhan tahun restoran tersebut berdiri, memicu protes dari para konsumen yang merasa dibohongi.
Anggota Komisi IX DPR, Arzeti Bilbina, angkat bicara terkait kegaduhan ini. Ia menilai bahwa penggunaan bahan nonhalal yang tak diumumkan secara terbuka merupakan bentuk penyesatan bagi para pelanggan.
“Tidak ada yang salah dengan makanan nonhalal selama diinformasikan dengan jelas. Namun, jika sudah berjalan puluhan tahun tanpa keterbukaan, ini sama saja membohongi konsumen,” ujar Arzeti dalam keterangannya pada Rabu (28/5/2025).
Arzeti menekankan pentingnya keterbukaan informasi dalam dunia kuliner, sesuai dengan amanat Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Ia menilai kasus ini menjadi bukti lemahnya pengawasan pemerintah dan perlu segera diperbaiki.
“Kita sudah memiliki UU JPH yang jelas mengatur tentang label halal dan nonhalal. Konsumen berhak tahu sejak awal apa yang mereka makan. Pemerintah, termasuk BPOM dan MUI, harus serius mengevaluasi sistem pengawasan agar kejadian serupa tak terulang,” tegasnya.
Arzeti mengusulkan adanya sistem verifikasi terpadu antar-lembaga, agar restoran dan pelaku usaha kuliner wajib mencantumkan informasi halal atau nonhalal secara transparan di menu maupun platform digital mereka.
Kisah ini bermula dari keluhan seorang warganet yang mengaku terkejut menemukan fakta bahwa ayam goreng Widuran tidak halal, padahal banyak pelanggan setia yang beragama Islam. Unggahan tersebut viral dan langsung disambut protes di Google Review, di mana banyak pelanggan merasa tertipu karena mengira seluruh menu halal.
Pihak restoran Ayam Goreng Widuran akhirnya mengonfirmasi kebenaran kabar ini. Mereka mengaku baru saja memasang label nonhalal setelah gelombang komplain memuncak beberapa waktu lalu. Bahan nonhalal yang digunakan berasal dari minyak goreng khusus untuk kremesan ayam goreng.
Untuk sementara, restoran legendaris ini harus menutup operasionalnya sambil menjalani assessment kehalalan oleh pihak terkait.
Kabar mengejutkan ini tentu menjadi pelajaran penting bagi seluruh pelaku usaha kuliner di Solo agar lebih transparan dan taat aturan. Konsumen berhak tahu apa yang mereka makan, dan labelisasi yang akurat adalah bentuk tanggung jawab bisnis yang tak bisa diabaikan.***
Editor : Ditya Arnanta