BOYOLALI, iNews.id - Candi Lawang yang terletak di daerah Sumbung, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diyakini sebagai pintu gaib menuju ke Kerajaan Majapahit.
Diberi nama Candi Lawang karena melihat hasil candi yang tersusun setengah jadi atau belum sempurna.
Pihak Purbakala sendiri juga tidak keberatan dengan sebuatan nama itu. Makna Candi Lawang memang secara lugas dilihat dari bentuknya memang menyerupai pintu (lawang/bahasa jawa).
Sedangkan secara filosofi candi ini berfungsi sebagai simbul pintu masuk atau gerbang.
“Namun gerbang yang dimaksud merupakan pintu gerbang gaib, jadi siapa saja yang melewati pintu candi itu telah memasuki gerbang gaib utama Kerajaan Majapahit” ujar Suyatno (67), penjaga resmi Candi Lawang, belum lama ini.
Menurut cerita para sesepuh warga setempat secara bertutur dari mulut kemulut, hingga melegenda dan telah melegenda, dipintu gerbang candi itu dijaga puluhan mahkluk gaib, hulu balang raja Keraton Majapahit.
“Terutama bagi makluk-makhluk gaib yang hendak berkunjung ke Majapahit, di candi lawang inilah gerbang masuknya jika mereka datang dari arah barat,” katanya seperti apa yang dipercayai oleh mayoritas warga desa sejak dulu.
Bahkan hingga sekarang, mereka percaya bahwa kerajaaan Majapahit masih ada dan masih berdiri meskipun dengan versi gaibnya.
Mereka juga percaya masih ada tiga pintu gaib lagi di tanah Jawa sebagai gerbang dari kerajaan Majapahit. Ketiga pintu gaib lain itu letaknya di sisi timur, selatan, dan sisi utara dari kerajaan Majapahit.
Cerita tentang gerbang gaib dari kerajaan Majapahit tadi, juga semakin lengkap dengan beberapa ritual yang dilakukan oleh pihak Keraton Surakarta.
Setiap beberapa bulan sekali, pihak keraton selalu mengambil segenggam tanah dari pelataran Candi Lawang.
Terkadang mereka juga mengambil dari tanah sekitar lokasi candi. Konon, tanah itu akan ditanam atau dicampur dalam tanah di pelataran keraton Surakarta.
“Meskipun hanya sedikit, namun khasiat gaib dari tanah itu dipercaya bisa menambah kekuatan dan wibawa dari keraton agar tidak pudar oleh jaman,” ceritanya menirukan ucapan dari beberapa paranormal yang sempat berkunjung ke Candi Lawang.
Editor : Bramantyo