Iduladha di Tanah Wali, Mengapa Kerbau Jadi Pilihan Utama untuk Berkurban di Kudus?
Kisah ini begitu mengesankan hati para pemeluk Hindu. Mereka bahkan mengagumi Sunan Kudus dan menganggapnya sebagai titisan Dewa Siwa.
Sunan Kudus kemudian melanjutkan dakwahnya dengan menyampaikan bahwa dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat surah yang bernama Al-Baqarah, yang berarti sapi betina.
Hal ini semakin membangkitkan rasa ingin tahu masyarakat, bagaimana mungkin hewan yang mereka sucikan juga memiliki tempat dalam kitab suci agama Islam.
Ketertarikan inilah yang kemudian membuka pintu bagi mereka untuk lebih jauh mendengarkan ajaran yang disampaikan oleh Sunan Kudus.
Sebagai wujud penghormatan dan penghargaan terhadap keyakinan masyarakat Hindu, tradisi untuk tidak menyembelih sapi sebagai hewan kurban pun terbentuk dan dipegang teguh oleh masyarakat Kudus hingga kini.
Sebagai gantinya, mereka memilih kerbau sebagai hewan kurban saat Hari Raya Iduladha tiba. Keyakinan kuat tertanam bahwa melanggar tradisi ini dapat mendatangkan musibah atau petaka.
Penggunaan kerbau sebagai hewan kurban sendiri tidak memiliki batasan atau aturan khusus seperti halnya pada sapi atau kambing. Lebih dari itu, tradisi berkurban dengan kerbau merupakan bagian dari kearifan lokal yang patut dilestarikan.
Meskipun zaman terus berganti, dan kini sebagian masyarakat Kudus mungkin lebih memilih sapi karena alasan harga yang lebih terjangkau atau daging yang lebih banyak, namun tetap ada kelompok masyarakat yang teguh menjaga amanah Sunan Kudus.
Di beberapa tempat, terutama di sekitar Masjid Menara Kudus, tradisi untuk tidak menyembelih sapi saat kurban masih dipertahankan sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai toleransi yang telah diwariskan.***
Editor : Ditya Arnanta