PAPUA, iNewskaranganyar.id - Pegunungan Jayawijaya termasuk rangkaian pegunungan yang ada di Indonesia. Gunung Jayawijaya ini terletak di Provinsi Papua Tengah. Gunung Jayawijaya pegunungan tertinggi di Indonesia. Gunung Jayawijaya memiliki ketinggian 4.884 meter dari permukaan laut).
Berbeda dari gunung lainnya yang ada di Indonesia, Gunung Jayawijaya ini gunung yang salju abadi. Sayang, kondisi saat ini, salju di puncak gunung Jayawijaya semakin menipis akibat pemanasan global.
Selain Puncak Jaya, Pegunungan Jayawijaya memiliki beberapa puncak lain yang lebih rendah, yaitu Puncak Mandala 4.760 mdpl, Puncak Trikora 4.730 mdpl, Puncak Idenberg 4.673 mdpl, Puncak Yamin 4.535 mdpl, puncak Carstenz Timur 4.400 mdpl.
Misteri
Seperti gunung lainnya, gunung Jayawijaya ini pun tak lepas dari cerita horor. Konon, dari cerita para pendaki yang sukses menaklukan puncak Jayawijaya kerap melihat penampakan.
Kalau gunung lain di Indonesia, banyak dihuni sosok gaib. Namun di Jayawijaya para pendaki mengaku kerap melihat penampakan makhluk mirip alien atau orang luar angkasa yang menghuni Jayawijaya.
Hal itu terlihat dari pesawat UFO yang diduga pernah dilihat orang yang datang ke gunung. Benarkah banyak orang luar angkasa? Hal itu masih jadi misteri Gunung Jayawijaya.Misteri lainnya yakni keberadaan danau di lereng Gunung Jayawijaya. Warga setempat memberi nama danau ini bernama Habema.
Danau ini diambil dari nama seseorang pemimpin di daerah Jayawijaya yang disegani di zaman kolonial Belanda dulu. Saat siang hari danau ini beriklim 8 derajat celsius dan malam hari 0 derajat celsius.
Masyarakat di sekitar Jayawijaya percaya jika danau itu bukan danau sembarangan karena cukup angker. Misalnya siapa pun orang yang berani membunuh dan melukai satwa di sekitar danau, maka nyawa orang itu bisa meninggal dunia.
Hanya saja, siapa saja yang naik ke gunung Jayawijaya terdapat pantangan yang tidak bisa dilanggar. Siapapun yang merasakan dan melihat hal-hal gaib, dilarang untuk menceritakan apa yang dilihat pada orang lain. Pasalnya bila dilanggar, maka taruhannya yanki nyawa.***
Editor : Ditya Arnanta