get app
inews
Aa Text
Read Next : Mitos Kutukan di Curug Tujuh Bidadari di Balik Ikon Wisata yang Indah dari Ungaran

Kisah Berdarah Keris Empu Gandring, Pusaka dari Batu Meteor dengan Kutukan 7 Keturunan Ken Arok

Kamis, 06 Oktober 2022 | 12:04 WIB
header img
Kesaktian Keris Mpu gandring ini luar biasa, konon keris ini saat ini hilang di kawah gunung kelud, Siapa saat ini pemilik Pusaka Pencabut Nyawa ini (Foto:iLustrasi/Okezone)

KARANGANYAR,iNewskaranganyar.id - Ken Arok meminta Empu Gandring memuat keris dalam satu malam. Mustahil bagi seorang Empu untuk membuatnya karena sebilah keris biasanya dibuat dua hingga tiga bulan.

Dengan kekuatan gaib, Empu Gandring menyanggupinya. Ia melakukan sejumlah ritual mulai dari tirakat puasa dan amalan khusus sebelum memilih bahan untuk membuat keris tersebut bertuah.

Akhirnya, Batu meteor yang jatuh dari langit akhirnya dipilih sebagai bahan untuk keris pesanan Ken Arok. Dalam proses pembuatannya, keris tersebut juga dicelupkan ke dalam bisa ular. Ketika Empu Gandring masih membuat sarungnya, Ken Arok datang mengambil keris tersebut karena sudah satu hari.

Empu Gandring ternyata menjadi korban pertama dari keris tersebut, karena Ken Arok menguji pusaka tersebut dengan menusukan kepada pembuatnya karena dianggap tak menepati janji. Yakni, tak menyelesaikan pembuatan keris, karena sarungnya belum selesai dibuat.

Empu Gandring pun mengeluarkan kutukannya dalam kondisi sekarat, keris tersebut akan meminta tumbal nyawa tujuh turunan Ken Arok. Empu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa keris itu akan menelan korban tujuh turunan dari Ken Arok.

Tumbal Keris

Kepala Daerah Tumapel, Tunggul Ametung dibunuh Ken Arok untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Padahal, Ken Arok merupakan pegawai dari Tunggul Ametung yang sangat dipercaya.

Pembunuhan Tunggul Ametung dilakukan Ken Arok setelah dirinya mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja Dunia". Namun, Ken Arok memiliki siasat, yakni meminjamkan keris tersebut kepada rekannya, Kebo Ijo. 

Sehingga keris tersebut dibawa ke mana-mana oleh Kebo Ijo untuk menarik perhatian umum, tujuannya agar yang tertuduh membunuh Tunggul Ametung adalah Kebo Ijo.  Siasatnya itu berhasil, bahkan dirinya sebagai orang kepercayaan Tunggul Ametung langsung membunuh Kebo Ijo dengan keris tersebut.

Niat Ken Arok memperistri Ken Dedes pun kesampaian, termasuk mengambil jabatan Tunggul Ametung. Ia memperluas pengaruh Tumapel hingga menaklukan Kerajaan Kediri. Ken Arok akhirnya mendirikan Kerajaan Singasari.

Seiring waktu, pembunuhan Tunggul Ametung terendus oleh Anuspati, anak Ken Dedes dengan Tunggu Ametung. Rupanya, Anuspati mengetahui kejadian pembunuhan tersebut dari Ken Dedes.

Dikuasai amarah, Anuspati pun bertekad untku membalas dendam. Kemudian, dia merancang pembalasan dengan memerintahkan pendekar sakti kepercayaanya, Ki Pengalasan.

Suatu ketika, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan di kamarnya sendirian. Salah satu pusaka adalah keris buatan Empu Gandring tanpa sarung. Kemudian, dirinya melihat ada ceceran daerah pada keris tersebut hingga membuatnya ketakutan dan mendengar suara gaib dari keris tersebut yang meminta
tumbal.

Ken Arok pun teringat kutukan Empu Gandring, hingga kemudian berniat untuk memusnahkan keris tersebut dengan membantingnya sampai hancur berkeping-keping. Namun, keris tersebut tiba-tiba melayang dan menghilang dan berpindah tangan ke Anuspati.

Anuspati yang dikuasai dendam menyerahkan keris kepada Ki Pangalasan, orang dipercaya untuk menghabisi Ken Arok. Setelah tugasnya diselesaikan, Anuspati pun membunuh Ki Pangalasan untuk menghilangkan jejak dengan menggunakan keris pusaka tersebut. 

Anuspati pun mengambil pemerintahan Ken Arok. Namun, tak berlangsung lama karena putra Ken Arok dari Ken Umang, yakni Tohjaya yang mengetahui kasus pembunuhan tersebut menuntut balas.

Tohjaya menggelas sabung ayam kerajaan yang digemari Anuspati. Dalam kelengahan Anuspati, Tohjaya mengambil kesempatan mengambil keris Empu Gandring dan langsung membunuhnya di tempat.

Pembunuhan itu dilakukan berdasarkan hukuman, karena Anuspati diyakni sebagai pembunuh Ken Arok. Tohjaya pun mengambil alih kekuasaan dan menjadi raja. Kekuasaan Tohjaya tak juga lama, karena mencuat ketidakpuasan rakyat atas kepemimpinannya. Hal itu juga dirasakan kalangan elite istana, baik dari keluarga maupun saudaranya, seperti Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal.

Hal tersebut memicu terjadinya perang yang menewaskan Tohjaya. Setelah keadaan dikuasai, Ranggawuni mengambil alih tahta kerajaan. Di masa Ranggawuni disebutkan sebagai masa damai Kerajaan Singasari. 

Keris Empu Gandring hilang tak diketahui keberadaannya setelah Tohjaya terbunuh. Namun, beberapa sumber spritual menyebutkan, keris tersebut sebenarnya tidak hilang. Dalam arti, hilang musnah dan benar-benar tidak ketahuan keberadannya.

Dalam sejarah ataupun legenda ternyata ada 7 (tujuh) orang terbunuh oleh keris itu, yaitu Empu Gandring (pembuat keris), Kebo Ijo (rekan Ken Arok), Tunggul Ametung (penguasa Tumapel saat itu), Ken Arok (pendiri Kerajaan Singasari).

Kemudian, Ki Pengalasan (pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok), Anusapati (anak Ken Dedes yang memerintah Ki Pengalasan membunuh Ken Arok), dan Tohjaya (putra Ken Arok dari selirnya Ken Umang tidak terbunuh oleh keris ini). Terakhir Ken Dedes yang mati oleh keris itu.

Kemudian, keris itu diambil oleh raja Jawa yang memiliki kesaktian luar biasa untuk memusnahkan keris itu dibuang ke kawah Gunung Kelud di Jawa Timur. (diolah dari berbagai sumber)

Berita ini sebelumnya telah tayang di Okezone dengan judul "Keris Empu Gandring, Pusaka dari Batu Meteor dengan Kutukan Berdarah"

***

Editor : Ditya Arnanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut