Tatkala Dzulqarnain sampai ke suatu tempat di antara dua buah gunung yang terletak di belakang sungai Jihun di negeri Balkh dekat kota Tirmiz, dia berjumpa dengan segolongan manusia yang hampir tidak mengerti pembicaraan kawan-kawannya sendiri apalagi bahasa lain. Bahasa mereka sangat berbeda dengan bahasa-bahasa yang dikenal oleh umat manusia dan taraf kecerdasan mereka pun sangat rendah.
Mereka menceritakan tentang Yakjuj dan Makjuj, yang oleh sebagian peneliti ditengarai sebagai bangsa Tartar dan Mongol. Mereka membuat kerusakan di muka bumi dengan pembunuhan, perampasan dan segala macam keganasan.
"Maka bersedialah kamu menerima sesuatu upah dari kami yang kami kumpulkan dari harta benda kami supaya kamu membuatkan benteng untuk menjaga kami dari serbuan mereka," pinta mereka. Dialog ini terekam dalam al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 93:
M Quraish Shihab dalam "Tafsir Al-Mishbah" mengatakan kata Yakjuj dan Makjuj diperselisihkan bukan saja tentang siapa mereka, tetapi juga tentang pengertian kebahasaannya.
Sementara ulama berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata al-aujah yakni kebercampuran. Ada juga yang berpendapat dari kata al-auj yakni kecepatan berlari. Penamaan itu lahir karena mereka adalah suku yang bercampur baur.
Jika demikian, nama itu adalah terjemahan bahasa Arab dari satu kata yang digunakan oleh suku penyerang itu. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut asli dari bahasa Cina yang berubah pengucapannya dalam bahasa Arab.
Thabathaba’i menulis bahwa dalam bahasa Cina kata tersebut adalah Munkuk atau Muncuk. Mereka adalah putra Adam, yakni Yafist, leluhur orang Turki. Ada juga yang berpendapat mereka adalah orang-orang Mongol.
Salah seorang penganut paham ini adalah Thabathaba’i. Sedang Thahir Ibn ‘Asyur cenderung memahami Yakjuj dan Makjuj adalah aneka suku, atau satu bangsa yang memiliki dua suku besar yaitu Tatar dan Mongol.
Atau asal mereka adalah Makjuj lalu suku-sukunya disebut dengan berbagai nama, antara lain Yakjuj, Tatar, Turkuman dan Turki.
"Demikian sedikit dari banyak pendapat tentang mereka," tutur Quraish Shihab.
Mendapat tawaran akan upah, Dzulkarnain pun menjawab, "Apa-apa yang telah Allah karuniakan kepadaku yaitu ilmu, pengetahuan yang cukup, kerajaan besar, kekuasaan yang luas dan kekayaan yang melimpah ruah itu adalah lebih baik dari pada upah yang kamu sodorkan kepadaku, maka kami ucapkan terima kasih atas segala kebaikanmu itu dan aku hanya memerlukan bantuan kekuatan tenaga manusia dan alat-alat agar aku dapat membuatkan benteng antara kamu dan mereka."
Jawaban ini tercantum dalam al-Quran Surat Al-Kahfi (18) ayat 95-98:
قَالَ مَا مَكَّنِّىۡ فِيۡهِ رَبِّىۡ خَيۡرٌ فَاَعِيۡنُوۡنِىۡ بِقُوَّةٍ اَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا اٰتُوۡنِىۡ زُبَرَ الۡحَدِيۡدِ ؕ حَتّٰٓى اِذَا سَاوٰى بَيۡنَ الصَّدَفَيۡنِ قَالَ انْـفُخُوۡا ؕ حَتّٰٓى اِذَا جَعَلَهٗ نَارًا ۙ قَالَ اٰتُوۡنِىۡۤ اُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرًا ؕ فَمَا اسۡطَاعُوۡۤا اَنۡ يَّظۡهَرُوۡهُ وَمَا اسۡتَطَاعُوۡا لَهٗ نَـقۡبًا قَالَ هٰذَا رَحۡمَةٌ مِّنۡ رَّبِّىۡ ۚ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّىۡ جَعَلَهٗ دَكَّآءَ ۚ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّىۡ حَقًّا ؕ
Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.
Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, "Tiuplah (api itu)!" Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)."
Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. Dia (Zulkarnain) berkata, "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar." ( QS Al-Kahfi (18 ) : 95-98)
Benteng yang Kukuh
Editor : Ditya Arnanta