Misteri Sumpah Brawijaya Pada Keturunan Ronggolawe di Puncak Gunung Lawu

Bramantyo
Sumpah Brawijaya di puncak Gunung Lawu (Foto: iNewskaranganyar.id/bramantyo)

KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Gunung Lawu sangat indah dan juga penuh sejarah yang sangat erat kaitannya dan tidak bisa di pisahkan dengan dengan sejarah kerajaan terbesar di nusantara yaitu kerajaan Majapahit.   

Berdasar cerita yang beredar di masyarakat sekitar wilayah Gunung Lawu ini terkenal sebagai tempat mengasingkan diri bagi Brawijaya yaitu, raja Majapahit terakhir untuk menjadi pertapa di dampingi abdi dalem setianya Sabdo Palon dan Noyo Genggong .

Gunung yang membelah dua propinsi yakni  Jawa Tengah dan Jawa Timur, Lawu terkenal akan keindahan alamnya yang kaya akan keragaman flaora dan fauna. Sampai saat  masih sangat terjaga kelestariannya. Hal terjadi karena masyarakat sangat takut merusak hutan sekitar Lawu. 

Karena akan terkena tuah oleh penjaga gunung Lawu. Karena itu kepercayaan masyarakat sekitar jika kita menjaga alam maka alampun akan menjaga kita dengan baik. Simple dan sarat makna.

Selain itu menurut salah satu spiritual Budiyanto menjelaskan, Lawu bisa di katakan gunung jaman purbakala. Pernah meletus hebat dan dahsyat. Buktinya secara nyata adanya batu-batu berukuran sangat besar yang banyak sekali bertebaran di wilayah sekitar kaki gunung lawu.

"Contohnya batu yang ada di depan monumen Bu Tien, di desa Jaten. Ukurannya cukup besar dan dan sangat berat. Belum lagi yang berada di wilayah Matesih, Karangpandan dan yang lainnya, " jelasnya.

Menurut Budiyanto, Lawu  menjadi salah satu pusat budaya dan tempat sakral di pulau Jawa. Erat kaitannya dengan Majapahit. Karena banyak sekali peninggalan Majapahit di gunung Lawu dan sekitarnya. Sebagai bagian sejarah peninggalan yang sampai saat ini masih dapat dinikmati keindahaanya.

"Misalnya Candi Ceto, Candi Sukuh,juga petilasan Raden Brawijaya di puncak Lawu yakni Cungkup (rumah kecil yang ditengah-tengahnya terdapat kuburan)," jelasnya.

Konon Gunung Lawu di keramatkan karena lawu menjadi tempat pelarian Prabu Brawijaya dari kejaran anaknya Raden Patah. Di sana  terdapat batu nisan yang di percaya merupakan Petilasan Prabu Brawijaya, yang oleh penduduk sekitar di sebut  Sunan Lawu.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat seputar Lawu, Raden Brawijaya lari ke Gunung lawu karena mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan hindu akan memudar dan diganti dengan kejayaan Kerajaan baru yaitu Demak.

Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaan Raden Patah. Namun Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindar dari pertumpahan darah.

Selain itu menjauh dari kejaran putranya Brawijaya juga menghindar juga dari  pasukan Adipati Cepu yang memiliki dendam kesumat kepada Prabu Brawijaya. Terlebih lagi Majapahit mulai runtuh, maka Adipati Cepu semakin berani menentang Brawijaya. Prabu Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.

Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan adipati Cepu, maka terucaplah  sumpah yang isinya orang dari daerah Cepu dan juga keturunan dari Adipati Cepu di larang naik ke Gunung Lawu jika mereka melanggar  akan mendapat celaka. Sampai saat ini pendaki dari daerah tersebut masih takut jika melanggar.***

Editor : Ditya Arnanta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network