KARANGANYAR, iNews.id - Kisah Pangeran Diponegoro memiliki kesaktian tak mempan ditembak menjadi salah satu cerita yang beredar luas di kalangan warga saat perang Jawa terjadi (1825-1830).
Karena kesaktiannya, Pangeran Diponegoro tak bisa terluka oleh senjata apapun. Hingga akhirnya saat perang Jawa, konon Pangeran Diponegoro mengalami luka akibat sabetan senjata lawan.
Sebagaimana dikutip dari "Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1825" dari Peter Carey, Pangeran Diponegoro mendapat luka di pertempuran Perang Jawa usai bersenang-senang dengan seorang perempuan Tionghoa yang menjadi tawanan pasukannya.
Perempuan itu dikisahkan memang sengaja ditahan oleh pasukan Pangeran Diponegoro. Oleh sang pangeran perempuan itu lantas diberdayakan sebagai juru pijat sebelum pertempuran Growok yang dahsyat itu di pertengahan Oktober 1826.
Masih dari buku karya Peter Carey, Diponegoro menyesalkan perilaku bersenang-senang dengan perempuan Tionghoa ini.
Hal ini yang disebut Diponegoro sebagai biang keladi kekalahan pasukannya. Apalagi di peperangan itu ia mendapat dua luka yang juga disebut menandakan kekuatan spiritualnya telah hilang sementara.
Pangeran Diponegoro pun menyalahkan adanya sosok perempuan ketika saudara iparnya Sosrodilogo mengalami kekalahan.
Pasalnya di bulan Januari 1828, sang saudara ipar ini mengabaikan perintah dan larangan untuk tidak berhubungan badan dengan perempuan Tionghoa.
Diponegoro menganggap Sosrodilogo tertimpa sial sebab memperkosa seorang perempuan peranakan di Lasem, setelah kota di pantai utara itu sempat diduduki tanggal 31 Desember 1827.
Hal ini pula yang membuat Pangeran Diponegoro meminta pada tawanan perang Belanda untuk bisa berbicara dalam bahasa Jawa Kromo, bukan bahasa Melayu, dan wajib berbusana gaya Jawa bukan gaya Eropa. Sang pangeran juga wajib mempertimbangkan untuk masuk islam.
Hal ini pula yang diharapkan Pangeran Diponegoro pada kaum etnis Tionghoa yang memihak perjuangannya karena proses menjadi seorang muslim sangat sederhana, mulai memotong kucir rambut, disunat, dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Editor : Ditya Arnanta