SURABAYA, iNews.id – Pernah menggerutu? Komplain?
“Iya...keduanya kurang lebih sama,” tandas Ant. Judi Hadianto, Pendamping Perkawinan asal kota Surabaya kepada iNewskaranganyar, Sabtu (16/04/2022).
Keduanya, menurut dia, adalah salah satu buah dari sebuah hubungan.
Menggerutu adalah bahasa tubuh yang berangkat dari sebuah keterpaksaan.
“Karena tidak punya wilayah kekuasaan untuk menolak....ya akhirnya menggerutu,” jelas Judi yang sudah banyak melakukan pendampingan keluarga di Surabaya, terutama dalam hal masalah-masalah pasangan suami isteri.
Hampir sama dengan komplain. “Karena tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah sesuatu yang ada di luar dirinya...maka dia komplain,” katanya.
Dengan komplain dia berharap memperoleh perubahan yang diiginkan. “Dia kayaknya ingin bahagia dengan komplain,” tandasnya.
Menggerutu dan komplain terjadi karena kita melakukan sesuatu yang tidak menjadi keputusan kita, melainkan yang diputuskan kepada kita.
Menggerutu dan kebahagiaan seperti terang dan gelap, tidak bisa hadir berbarengan. Saat komplain atau menggerutu datang, hilanglah kebahagiaan.
“Nah...penerimaan dan kebahagiaan adalah saudara kembar yang sering hadir bersama, begitu kata Gobind Vashdev,” tutur Judi.
Berarti...ngapain lagi menggerutu? Terima saja yang terjadi, komunikasikan, dan beri senyum.
“Nah bagaimana bila dengan pasangan Anda,” imbuhnya.
Bila Anda gagal mendapatkan apa yang Anda mau, maka lakukanlah dengan semangat positif, sebagai bentuk investasi kasih sayang Anda pada pasangan.
Setelah Anda melakukan, katakan pada pasangan, bahwa Anda sebenarnya tidak menyukai apa yang Anda lakukan, tetapi Anda lakukan karena Anda sayang dia. Lalu kecup keningnya.
Editor : Bramantyo