JAKARTA, iNewskaranganyar.id - Saat kecil, teman-teman sepantaran selalu mengolok-olok puasa yang kita jalani batal karena berkata bohong.
Mereka mengolok-olok puasa yang dijalani batal karena tak datang untuk bermain selepas sahur atau selepas waktu subuh.
Padahal selepas sholat Tarawih, kita sudah menyanggupinya untuk bermain. Benarkah berbohong saat berpuasa bisa membatalkan puasa?
Berbohong memang tidak membatalkan puasa, tetapi nilai pahala akan merosot.
Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani), Ustadz Ainul Yaqin mengatakan, menurut jumhur ulama, berbohong bukan temasuk perkara yang dapat membatalkan puasa.
Sebab yang membatalkan puasa adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam lubang tubuh, seperti makan, minum, dan berjimak (hubungan intim).
“Namun berbohong akan berpengaruh pada kualitas pahala puasa seseorang,” katanya seperti dikutip iNewskaranganyar.id dari Okezone.
Imam al-Baidhawi mengungkapkan, bahwa maksud disyariatkan puasa bukan hanya “menahan lapar dan haus semata, melainkan harus diikuti dengan pengendalian syahwat dan mengatur nafsu amarah (untuk diarahkan) kepada nafs al-muthmainnah. Jika hal itu tidak terealisasi maka bisa jadi Allah tidak akan menerima puasanya.” (Fath al-Bari).
Lebih lanjut, kata Ustadz Ainul, berbohong bukanlah akhlak atau perilaku seorang Muslim sejati. Sebagai seorang Muslim yang taat, tentunya kita harus menjauhi sikap dan karakter tersebut.
Umat yang baik harus melekat pada kejujuran. Karena akan lebih dipercayai, jika ia mampu bersikap jujur di manapun dan kapanpun.
“Karenanya perintah Allah tentang puasa diawali dengan kalimat "yaayuhal ladzina amanu" perintah Allah yang mengidentifikasi puasa diperintahkan untuk orang beriman, muslim, bukan munafik," katanya.
"Berbohong adalah salah satu sifat seorang munafik, karenanya konteks puasa Ramadhan bagi Allah, tidak sekedar hanya menahan lapar dan haus semata, namun juga menahan segala Nafsu termasuk berkata bohong di dalamnya,” lanjutnya.
Puasa mengajarkan keimanan bahwa setiap perilaku manusia akan dilihat langsung oleh Allah SWT. Ustadz Ainul Yaqin bilang, jika seseorang telah berbohong padahal ia sedang dalam keadaan berpuasa, maka puasanya akan rugi dan tidak mendapatkan ridho dari Allah.
“Dia sukses menahan lapar dan dahaga, namun gagal menahan nafsu yang keluar dari mulutnya, berbohong, memanipulasi kalimat sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain,” terangnya.***
Editor : Ditya Arnanta