get app
inews
Aa Text
Read Next : 4.500 Pelari dari 16 Negara Ramaikan Siksorogo Lawu di Karanganyar

Misteri Peradaban di Gunung Lawu Terbongkar, Dahulu Berdiri Kerajaan Besar Sekaligus Kota Metropolis

Senin, 05 Desember 2022 | 09:40 WIB
header img
Rahasia besar kehidupan di Lereng Gunung Lawu akhirnya terbongkar (Foto: iNewskaranganyar.id/bramantyo)

KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Misteri rahasia peradaban terbesar yang pernah ada di lereng Gunung Lawu akhirnya terungkap.

Konon, saat awal Masehi setelah peradaban Megalitikum sebelumnya yaitu peradaban Gok Manu atau 7000 tahun sebelum gunung Lawu meletus pertama dan terakhir yang menjadi letusan terdasyat saat era itu, gunung Lawu menjadi pusat peradaban Goh Manu atau manusia Gog.

Salah satu tokoh lereng Gunung Lawu yang akrab disapa Ki Sindungriwut menceritakan dahulu ada 4 ras manusia terbesar di bumi.

"Dulu itu ada 4 ras manusia besar di bumi. Manu itu artinya  ras dan sia adalah keturunan. Jadi manusia adalah keturunan Ras Manu,"papar Ki Sindungriwut mengawali ceritanya saat ditemui iNewskaranganyar.id, Minggu (4/12/2022).

Menurut Ki Sindungriwut, Gog Manu adalah ras yang bercirikan kulit agak gelap, rambut keriting mata tajam. 

Dahulu, ungkap Ki Sindungriwut, ada 4 keturunan ras besar yang dominan. Keempat ras tersebut adalah Re manu, Candra Manu, Kat manu dan Gog manu. 

Gog manu adalah ras yang bercirikan kulit agak gelap, rambut keriting mata tajam. 

Pada masa 7000 tahun sebelum Masehi itu, pemimpin gok manu itu senang sekali bertapa di puncak Lawu. Dan dimasa itu, gunung Lawu meletus cukup dahsyat yang ditandai dengan kemunculan telaga kuning di puncak gunung Lawu.

Menurut Ki Sindungriwut, telaga kuning yang hingga kini masih ada di puncak gunung Lawu ini, dahulunya adalah kawah purba yang berada di puncak Lawu, tepatnya di bawah puncak Hargo Dumilah.

"Letusan tersebut membuat hancur, ras Gok Manu, yang selamat melarikan diri ke NTT, Flores dan lokasi lain.Kemudian Lawu kedatangan ras manusia lain seperti ras Re Manu atau Wangsa Surya. maka seluruh simbol-simbol kerajaan di Nusantara adalah keturunan ras  wangsa Surya,"terang Ki Sindungriwut.

"Seperti Majapahit memiliki simbol matahari. Dulu ceritanya  Hargo dalem itu adalah sebuah tempat batunya untuk bertapa para leluhur wangsa Surya itu. Dimana setiap pagi, para leluhur Wangsa Surya selalu menatap terbitnya sinar matahari. Makanya itu tempatnya agak condong ke Utara,"imbuhnya.

Lawu oleh re manu atau Wangsa Surya yang kedatanganya sekitar 300 sebelum Masehi ke Nusantara itu, memberi nama gunung Lawu dengan nama Mahendra.

Nama Mahendra itu diambil dari sebuah nama gunung yang dulu merupakan pusat peradaban wangsa re manu atau wangsa Surya.

"Karena mereka bergelombang pindah ke sini maka Lawu juga dianggap pusat peradapan mereka dan dinamakan Mahendra. Yang memiliki arti induknya dari raja gunung," terangnya.

Setelah berjalannya waktu, ungkap Ki Sindungriwut, raja-raja se Nusantara bahkan sampai raja terakhir Majapahit atau bahkan mungkin singa Wikrama Dyah Suprabawa itu masih ke Lawu.

Pasalnya keturunan raja raja di nusantara itu mayoritas keturunan re manu wangsa Surya. Hanya Padjadjaran sendiri yang bukan keturunan re manu adalah Pajajaran.

"Setelah Majapahit runtuh banyak propaganda di Nusantara dimana seluruh nama gunung di Nusantara diganti. Seluruh gunung di Indonesia ini namanya sudah tidak asli. Dan salah satunya Mahendra ini diganti Lawu,"ujarnya.

Gok Manu, ungkap Ki Sindungriwut, adalah peradapan tertua di muka bumi ini. Bukti bila Gok Manu merupakan peradaban tertua di gunung Lawu, bisa dibuktikan dengan ditemukannya manusia purba (pithecantropus, Meghantropus).

Yang mana para arkeologi memperkirakan pithecantropus, Meghantropus ini diperkirakan berusia 1,8 juta tahun.

Tak heran pada masa itu, gunung Lawu sebuah pusat kerajaan besar sekaligus kota Metropolitan. 

"Ini bisa dibuktikan dengan penemuan punden berundak, candi dan itu menunjukkan sebagai pusat peradapan (era kerajaan) sementara di era meghalit ditemukan banyak situs meghalit seperti situs watu kandang, telaga Madirda, juga Candi Sukuh, terus di Nglurah Tawangmangu,"ungkapnya ***

Editor : Ditya Arnanta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut