KARANGANYAR,iNews.id - Bupati Karanganyar Juliyatmono lebih memilih menunggangi kuda jantan saat ikut karnaval Pembangunan dalam rangka HUT Ke 77 Kemerdekaan RI.
Dengan berpakian Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa,orang nomer satu di Kabupaten yang terletak di lereng Gunung Lawu itu dikawal Wakil Bupati Rober Christanto yang berpakaian Untung Suropati, Ketua DPRD Bagus Selo sebagai Pangeran Diponegoro, dan sejumlah tokoh lain yang juga menunggangi kuda.
Rombongan kuda yang ditunggangi pejabat utama di Kabupaten Karanganyar itu mengawali pawai karnaval pembangunan yang pertama kali digelar setelah sempat vakum selama dua tahun setelah dihanjar Covid-19.
Rombongan pun berjalan pelan sejak dari Alun-Alun menelusuri ruas jalan Lawu, membelah ribuan masyarakat Karanganyar yang tumplek blek untuk melihat jalannya pawai.
Sepanjang rute karnaval sejauh 3 km hingga Taman Pancasila,hingga depan rumah dinas Bupati, rombongan pejabat utama ini melambaikan tangan kearah warga yang menonton dari atas kuda. Sedangkan pejabat lainnya di lingkungan Pemkab Karanganyar berbusana tradisional dari negara-negara peserta G20.
Sedangkan perserta lainnya bukan pejabat yang berasal dari instansi Umum serta organisasi masyarakat serta Kepemudaan, Guru hingga anak sekolah menggunakan busana karnaval sesuai pilihannya. Sedangkan jumlah perserta karnaval yang dimulai sejak pukul 14.00 WIB ini sebanyak 71 perserta.
Bupati berharap karnaval itu mencerminkan bahwa warga Karanganyar benar-benar siap bangkit dari pandemi dan pulih lebih cepat.
"Setelah dua tahun tidak ada aktifitas pawai krena pandemi. Sekarang kita optimalkan, kita mulai. Momentum ini harus dioptimalkan dan jangan dilewati. Eman-eman (Sangat disayangkan) karena (Kegiatan ini) menumbuhkan rasa cinta tanah air, rasa nasionalisme, spirit gotomg royong,"papar Juliyatmono.
"Inikan nostalgia membangkitkan semangat perjuangan. Saya berperan sebagai RM Mas Said pahlawan nasional, ketua DPRD berperan sebagai pangeran Diponegoro. Ada imam bonjol, ada Patimura, masyarakat antusias,"imbuhnya.
Editor : Ditya Arnanta